• http://www.syamhudaperkasa.blogspot.com/">Daftar Isi

  • http://www.syamhudaperkasa.blogspot.com/">About
    • http://www.syamhudaperkasa.blogspot.com/">Contact
    • http://www.syamhudaperkasa.blogspot.com/">Baca Ini

  • http://www.syamhudaperkasa.blogspot.com/">Tips SEO
  • http://blogbelajar2.blogspot.com/search/label/Widget">Widgets
  • http://www.syamhudaperkasa.blogspot.com/">Basic
  • http://blogbelajar2.blogspot.com/search/label/Tombol%20Share">Sharing
  • http://blogbelajar2.blogspot.com/search/label/Menghias%20Blog">Menghias Blog

  • Blogger Tools
    • http://blogbelajar2.blogspot.com/p/untuk-membuat-loading-blog-lebih-cepat.html">CSS Compressor
    • http://blogbelajar2.blogspot.com/p/backlink-generator.html">Backlink Generator
    • http://blogbelajar2.blogspot.com/p/kode-warna.html">Kode Warna
    • http://blogbelajar2.blogspot.com/p/submit-blog-to-search-engine.html">Blog submitter
    • http://blogbelajar2.blogspot.com/p/indexed-pages-checker.html">Page Index

Friday, April 19, 2013

LAT




Lobster air tawar ber-genus Cherax dari famili parastacidae baru mulai dikembangkan untuk budidaya petani ikan diIndonesia pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakatIndonesia yang masih belum mengenal sosok fisik lobster air tawar, padahal selain memiliki fisik yang menarik untuk dijadikan udang hias, lobster juga dapat digunakan untuk udang konsumsi yang harganya mahal sebagai penyedia protein hewani (Sukmajaya, 2003).
Lobster memiliki karakteristik yang berbeda dengan udang jenis lain. Rasa daging lobster air tawar lebih enak, kenyal dan gurihnya melebihi lobster air laut. Selain itu lobster air tawar memiliki lemak, kolesterol dan garam yang rendah sehingga aman dikonsumsi untuk semua kalangan. Kandungan seng cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan vitalitas pada manusia (Hartono et al., 2005). Kelebihan lain lobster air tawar yaitu karakternya yang tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan cepat (Hartono et al., 2005).\
Lobster menghendaki air yang kaya oksigen. Kadar oksigen yang optimal adalah 5 ppm. Untuk meningkatkan kadar oksigen biasanya ditambahkan aerator atau jika memungkinkan diberikan aliran air terus menerus. Lobster juga peka terhadap minyak, pestisida, sabun dan kadar amoniak.
Berkembangnya usaha budidaya lobster air tawar tidak terlepas dari tingginya permintaan pasar, terutama ekspor luar negeri. Namun belum ada data pasti mengenai permintaan lobster air tawar oleh beberapa Negara. Harga lobster dalam negeri pun cukup mahal dibandingkan harga udang yang lain, yaitu Rp 200.000 – Rp 300.000 per kg (Hartono et al., 2005).

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya lobster air tawar merupakan permasalahan yang belum dapat dipecahkan oleh petani lobster. Kendala – kendala tersebut antara lain sebagai berikut:
  1. Belum banyak ilmu pengetahuan alam, khususnya biologi yang membahas berbagai spesies dalam lobster dihabitat aslinya
  2. Belum berkembangnya pengetahuan tentang teknik adaptasi dalam usaha domestik lobster air tawar yang berasal dari habitat alam
  3. Belum banyak diketahui teknik pemijahan udang lobster air tawar secara semi buatan
  4. Masyarakat petani ikan belum banyak yang memahami teknik persiapan wadah dan media, penebaran benih, pemeliharaan benih, panen dan packing serta pengangakutan (Sukamajaya, 2003).
Berbagai permasalahan tersebut mau tidak mau harus dicarikan jalan keluar yang rasional dan bijaksana. Diawali dari permasalahan – permasalahan tersebut, penyusun ingin lebih mendalami mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pembesaran lobster air tawar dari mulai penyiapan wadah dan media pembesaran, pemeliharaan benih yang meliputi pakan, pengelolaan kualitas air dan hama penyakit lobster sampai pemanenan dan pengangkuatan benih termasuk pada transportasi benih.
  1. Biologi Udang Lobster
    1. 1.      Klasifikasis
Menurut Holthuis dalam Patasik klasifikasi  lobster (2004) adalah sebagai berikut:
Filum
Subfilum
Kelas
Subkelas
Serie
Super-ordo
Ordo
Subordo
Seksi
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Arthopoda
Mandibula
Crustacea
Malacostraca
Eumalostraca
Eucarida
Decapoda
Reptantia
Macrura
Parastacidae
Cherax
C. comunis, C. monticola,
C. tenuimanus, C.destructor
C. waselli
  1. 2.      Morfologi
Menurut Patasik (2004) Seperti halnya jenis crayfish lainnya, Cherax sp. Memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3 segmen utama yaitu, kepala dada (Chepalotorax), dan badan (abdomen), dan bagian ekor (telson). Secara lengkap susunan morfologinya sbb;
  1. a.      Kepala-dada (Chepalotorax)
Pada bagian kepala-dada (Chepalotorax) terdapat rangka penutup kepala berupa kulit tebal yang tersusun dari bahan yang berupa kapur (chitin) dengan bahana utama calcium carbonate terdapat tonjolan memanjang kea rah depan yang disebut rostrum, rostrum merupakan salah satu bagian  tubuh yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan identifikasi jenis udang-udangan. Rostrum sangat pendek dengan posisi mendatar dan memiliki bentuk menyerupai kerucut pada sisinya terdapat duri halus, masing-masing sebanyak 1 pasang.
Beberapa anggota tubuh pada chepalotorax berturut-turut kearah belakang adalah mata bertangkai yang dapat digerakkan, first antene berbentuk cambuk pendek yang terdiri dari 4 cambuk, second antene berbentuk cambuk  panjang yang terdiri dari 2 cambuk. Kedua pasang antena ini berfungsi sebagai alat peraba dan keseimbangan pada saat bergerak dan berenang, Anggota selanjutnya adalah mandibular, maxilla, dan exopodite mendibel. Pada bagian bawah kepala-dada terdapat kaki jalan (periopoda). Kaki jalan terdiri dari 5 pasang, masing-masimg 1 pasang kaki jalan pertama, kaki jalan pertama ini berukuran besar dan sangat kokoh menyerupai kaki kepiting atau lebih dikenal dengan nama capit (chela). Selain berfungsi sebagai kaki jalan, capit juga berfungsi sebagai senjata untuk membela diri serta sebagi alat untuk memotong atau merobek makanan yang berukuran besar dan keras. Kaki jalan kedua dan ketika berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan kaki jalan pertama, Selain untuk berjalan, kaki jalan kedua dan ketiga juga digunakan untuk menjepit dan memasukkan makanan ke dalam mulut. Pada kedua ujung kaki jalan dan ketiga terdapat capit kecil yang dikenal dengan nama dactilopodite.  Berbeda dengan kaki jalan keempat dan kelima, pada ujung kaki jalan keempat tidak terdapat capit seperti pada kaki jalan pertama, kedua dan ketiga. Ujung kaki keempat dan kelima hanya berupa sapit berfungsi untuk menyobek selaput spermatogonum pada saat pemijahan. Adapun jumlah ruas pada kaki jalan, baik pada kaki jalan pertama, kedua dan ketiga, keempat, dan kelima masing-masing 7 (tujuh) ruas.
  1. b.      Abdomen (badan/perut)
 Abdomen merupakan bagian tubuh antara chepalotoraax dan telson, pada cherax sp. Abdomen tertutup oleh kulit keras dan terdiri dari 5 segmen. Keseluruhan segmen dikenal dengan pleura yang susunannya kearah telson menyerupai susunan genteng. Pleura 1 menindih pleura 2, pleura3 menindih pleura 3 demikian selanjutnya hingga pangkal telson.
Pada bagian bawah abdomen terdapat kaki renang (pleopoda) yang  strukturnya berupa-selaput tipis dan masing–masing terdiri dari 3 ruas  Pada cherax sp. Selain untuk bereang pleopoda juga berfungsi sebagai tempat untuk melekatkan telur. Tepi dan ujung pleopoda betina terdiri dari bulu-bulu halus yang berfungsi untuk melekatkan telur yang telah dibuahi dan sekanjutnya akan dierami pada ruangan dibawah abdomen (brood chamber).
 c.       Ekor (telson)
 Telson merupakan bagian yang paling belakang dari tubuh lobster secara keseluruhan, bagian ekor terdiri 2 yaitu 1 helai telson dan 4 helai uropoda (ekor kipas). Keseluruhan bagian telson berfungsi untuk berenang atau bergerak mundur secara cepat kearah pereiopoda sehingga menimbulkan sentakan yang cukup kuat untuk mendorong seluruh tubuh kearah belakang (mundur).
  1. b.      Bak Penetasan Artemia
 Bak penetasan Artemia sebaiknya transparan dengan bagian bawahnya berbentuk kerucut untuk memudahkan pemisahan cangkang dan nauplii artemia. Menurut Sumartono (1996), bak penetasan artemia dapat terbuat dari fiber glass atau plastik dengan volume berkisar antara 20 – 30 liter serta dilengkapi dengan pipa aerasi yang dapat dihubungkan dengan wadah penetasan. Di atas wadah penetasan diberi lampu yang dihubungkan dengan jarak ± 50 – 80 cm dari wadah penetasan untuk memudahkan pemanenan karena nauplii artemia bersifat fototaksis positif (mendatangi sinar).
  1. c.       Pipa Paralon
Pipa paralon berfungsi sebagai tempat persembunyian sekaligus tempat perlindungan dari cahaya matahari yang berlebihan. Karena, lobster cukup peka terhadap sinar matahari yang berlebihan (Hartono et al., 2003). Pipa paralon yang digunakan mempunyai ukuran yang berbeda sesuai dengan umurnya untuk umur 1-2 bulan diameter pipa 0,5.incii umur 3-4 bulan berdiameter 2 incii dan umur 5-6 dengan diameter 4 inchi (Hartono et al.,  2005). Pipa paralon yang digunakan sebaiknya saling direkatkan dengan lem atau diikat dengan kawat. Jumlah pipa – pipa yang diikat tergantung dengan besar kecilnya pipa (Hartono et al., 2005).
  1. Sarana Penunjang
Sarana penunjang terdiri dari bak penampungan air, instalasi aerasi atau blower dan peralatan pendukung lainnya.
  1. a.      Bak Penampungan Air
Bak ini digunakan untuk menyalurkan air tawar bersih ke bak atau sarana yang memerlukan air bersih.
  1. b.      Aerator
Aerator digunakan untuk meningkatkan jumlah oksigen terlarut di dalam air. Aerator juga berfungsi sebagai media pemeliharaan sekaligus pelepas gas – gas beracun dalam air yang dapat membahayakan kelangsungan hidup lobster. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan lobster menjadi stress bahkan dapat mengalami kematian (Patasik, 2004).
  1. c.       Peralatan Pendukung
Peralatan pendukung yang sebaiknya tersedia adalah pH tester, Heater dan selang penyedot kotoran. Alat – alat tersebut hanya sewaktu – waktu digunakan (Hartono et al., 2005).
C.    Sumber Air
 Menurut Hartono (2005), Air menjadi kebutuhan uutama budidaya lobster. Selain sebagai media internal, air juga sebagai media eksternal bagi lobster. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai pengangkut bahan pakan dan memperlancar metabilisme dalam tubuh lobster. Sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat lobster sehingga tanpa air, tidak mungkin lobster bias hidup. Hartono (2005), juga mengatakan beberapa sumber air tawar yang dapat digunakan untuk memelihara lobster adalah air sumur dan air PAM atau air ledeng. Namun, kedua sumber air tersebut tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus diolah terlebih dahulu dan disesuaikan dengan kualitas air yang dinginkan lobster. Air yang berasal dari sumur (air tanah) dapat langsung digunakan tanpa harus diolah terlebih dahulu. Namun, air PAM (air ledeng) harus diuapkan selama 10-12 jam sebalum digunakan. Penguapan air ledeng dimaksudkan untuk mengurangi kandungan klor di dalamnya. Air dengan kandungan klor yang tinggi dapat dipastikan memiliki pH yang tinggi pula. Dengan penguapan, pH air ledeng dapat kembali mendekati normal.
D.    Teknik Budidaya
1.   Penyiapan Wadah dan Media
  1. a.  Persiapan Bak dan Pengaturan Aerasi
 Sebelum digunakan atau diisi air bersih, bak harus dibersihkan dari segala kotoran. Dinding bak digosok dengan menggunakan lap yang telah dicelupkan dalam sabun atau deterjen. Setelah dinding dan dasar bak bersih, maka dibilas dengan air tawar dan dikeringkan selama 1–2 hari. Batu aerasi, pemberat dan selang aerasi juga harus dibersihkan sebelum dipasang di dalam wadah pemeliharaan benih. Penyiapan wadah dan media ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi benih hidup, berkembang dan tumbuh, serta  menghilangkan/mengurangi potensi serangan mikroorganisme terhadap benih. Mengingat benih merupakan stadia yang paling kritis maka penyiapan wadah pemeliharaan benih harus dilakukan secara seksama. Wadah pemeliharaan benih sudah disiapkan 2–3 hari sebelum benih ditebarkan (Effendi, 2004).
  1. b.  Persiapan Air Media
 Setelah bak selesai dibersihkan, maka selanjutnya bak dapat diisi dengan air bersih yang sebelumnya telah disiapkan. Suplai air yang berasal dari tanah (sumur) atau sumber lainnya ke bak penampungan dalam wadah pemeliharaan benih dapat dilakukan dengan menggunakan pompa air. Pengisian air untuk lobster adalah 25–30 cm. Sebaiknya permukaan air bak di berikan tanaman air barupa enceng gondok atau selada air sebanyak setengah bagian permukaan air (Patasik, 2004).
2.   Penebaran Benih
 Persiapan dan seleksi terhadap benih yang akan dipijahkan penting dan mutlak dilakukan. Seleksi benih bertujuan untuk memperoleh benih yang baik. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik pula. Seleksi benih dilakukan dengan cara mengenali sifat-sifat dan morfologinya (Patasik, 2004).
Jika ingin menyiapkan benih maka beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
  1. Benih harus atau terbebas dari penyakit parasit
  2. Pertumbuhan lebih cepat diantara yang lain
  3. Aktif memangsa setiap makanan yang diberikan
  4. Gerakan lincah
  5. Anggota tubuhnya lengkap
Untuk memilih dan menyiapkan benih harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Anggota tubuh lengkap
  2. Harus sehat bebas dari parasit
  3. Memperhatikan pada penebaran ,jika di kolam maka padat penebaran sekitar 50 ekor/mnamun untuk penebaran yang ideal sebanyak   10 ekor/m 2
  4. Ukuran panjang sekitar 2 cm dengan umur 2 bulan
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penebaran benih. Penebaran benih dilakukan apabila wadah pemeliharaan benih berbeda dan terpisah dengan wadah penetasan telur. Umumnya terdapat perbedaan kualitas air antara media pemeliharaan benih dan penetasan telur. Oleh karena itu, benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kondisi kualitas air, khususnya suhu (Effendi, 2004). Hal ini perlu dilakukan agar benih tidak stress akibat perbedaan lingkungan yang sangat mencolok. Penebaran benih udang lobster dilakukan dengan menebar benih secara merata keseluruh bagian wadah pemeliharaan. Dengan demikian, lobster tidak akan saling mengganggu antara satu dengan lainya. Waktu penebaran sebaiknya pada pagi atau sore hari (Patasik, 2004)
 3.   Pemeliharaan Benih
 Pemeliharaan benih merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pembenihan udang. Hal ini disebabkan sifat benih yang merupakan stadia paling kritis dalam siklus hidup udang sehingga pemeliharaan benih merupakan kegiatan yang paling sulit (Effendi, 2004). Lebih lanjut Effendi (2004) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pemeliharaan benih udang memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi dalam pembenihan dan pembesaran, antara lain:
  1. Tubuh benih kecil dan bukaan mulutnya juga kecil sehingga pemberian pakan benih dan pengelolaan lingkungan relatif sulit
  2. Benih membutuhkan pakan alami dan belum ada pakan buatan yang bisa menandingi pakan alami, padahal kultur pakan alami juga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
a.   Pemberian Pakan
Menurut Effendi (2004), pemberian pakan dalam pemeliharaan benih merupakan faktor yang sangat menentukan. Berdasarkan kondisi benih yang membutuhkan pakan bergizi tinggi untuk pertumbuhannya, maka benih harus diberikan pakan sesuai kriteria, yaitu:
1). Berukuran kecil, lebih kecil dari bukaan mulut benih
2). Bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh benih
3). Mudah dicerna dan mengandung nutisi yang tinggi



Lobster termasuk jenis udang pemakan segalanya (omnivor) seperti cacing-cacingan, plankton, dan tanaman air (Hartono et al., 2003). Lebih lanjut Hartono et al., (2003) menyatakan bahwa, terdapat perbedaan tujuan pemberian pakan pada saat kegiatan pembenihan dan pembesaran, sehingga mengakibatkan perbedaan pola makan pada benih udang lobster. Pada budi daya lobster, pemberian pakan ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan lobster agar cepat menghasilkan telur dan anakan sehingga pemberian pakannya beragam dan diberikan secara intensif. Sedangkan pada kegiatan pembesaran, pemberian pakan diberikan untuk memberikan energi selama masa pertumbuhan udang.
Pada dasarnya jenis pakan yang biasa diberikan pada lobster sangat baragam. Namun, untuk mempermudah hobiis mendapatkannya, lebih praktis dalam memberinya, dan tetap memenuhi zat gizi yang dibutuhkan lobster maka pakan yang biasa dipilih antara lain pellet udang galah. Pellet udang galah cukup baik diberikan pada lobster karena kandungan gizinya cukup. Biasanya yang cocok untuk lobster dewasa adalah jenis pelet D.2 atau D.3 Pellet tersebut dapat dibeli di toko-toko pakan ikan dan udang. Selain pelet, lobster sebaiknya diberi pula pakan tambahan berupa cacing merah atau cacing tanah, baik yang masih segar maupun dalam keadaan beku ( Hartono et al., 2003).
Jumlah pakan setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan lobster menghabiskannya pada saat pemberian. Pakan diberikan sedikit demi sedikit dan dihentikan ketika lobster sudah kenyang yang ditandai dengan tidak mau makan lagi ketika disodorkan pakan. Disarankan tidak memberi pakan sekaligus dan tidak tak terbatas (ad-libitum) karena pakan yang mengendap dapat menyebabkan kualitas air turun. Pemberian pakan pada lobster sebaiknya dilakukan secara teratur, yaitu setiap hari sekitar pukul 08.00-09.00 wib dan 17.00-18.00.wib. Namun, jika pada siang hari lobster terlihat lapar, dapat diberi pakan secukupnya (Hartono et al., 2003). Jenis pakan yang diberikan dapat berupa cacing namun disamping itu juga dilakukan pemberikan pakan tambahan. Pakan pellet udang dan cacahan usus ayam rebus merupakan pakan tambahan yang paling baik bagi pertumbuhan lobster karena kandungan proteinnya tinggi. Selain itu, khususnya pellet udang, kandungan zat lain selain protein sudah lengkap sehingga lobster tidak akan kekurangan zat gizi (Hartono et al., 2006). Lobster dalam kolam diberi pakan satu kali sehari, yaitu sore hari menjelang malam sekitar pukul 18.00 – 19.00. Pakan pellet udang dan rebusan usus ayam dapat diberikan berselang satu hari atau berselang satu minggu. Artinya, jika minggu ini diberikan pakan pellet udang maka minggu berikutnya diberi cacahan usus ayam rebus (Hartono et.al., 2006). Agar pakan yang diberikan sesuai dengan kemampuan daya cerna lobster maka jumlahnya harus disesuaikan dengan jumlah pakan yang diberikan pada 10 hari pertama sejak tebar sebanyak 100 gr/hari/m2. Jumlah pakan tersebut harus ditambah setiap sepuluh hari berikutnya sebanyak 50 gr (Hartono et.al., 2006).
Anak loster dalam bak dapat diberikan pakan buatan berupa  pellet udang galah (D1, D2 dan D3). Masing–masing pellet tersebut memiliki ukuran butiran yang berbeda. Pellet D3 cocok untuk anakan yang masih berumur 1-2 bulan, pellet D2 untuk anakan umur 2-4 bulan, dan pellet D3 untuk lobster dewasa yang sudah berumur 5 bulan atau lebih. Selain pellet, anakan lobster dapat pula diberi pakan alami segar seperti cacing sutera atau cacing merah. Pakan diberikan setiap sekitar pukul 08.00-09.00 wib dan sore hari sekitar pukul 16.00-17.00 wib. jumlah pemberian pellet disesuaikan dengan jumlah anakan yang ada di dalam bak dan kemampuan anakan mengonsumsi pakan. Sebagai bahan perbandingan, setiap lobster dewasa hanya mampu menghabiskan pakan sekitar 2 – 3 gram per hari (Hartono et.al., 2006).
b.   Pengelolaan Kualitas Air
 Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan hidup yang optimal bagi benih untuk bisa hidup, berkembang dan tumbuh. Kondisi air di dalam bak pemeliharaan harus dijaga kualitasnya. Ini dimaksudkan agar lobster tetap kondisi sehat, tidak stress atau terserang penyakit. Untuk itu, air bak sebaiknya dikontrol secara berkala, beberapa cara yang biasa dilakukan agar kondisi air tetap jernih atau tidak keruh antara lain menyedot kotoran, menyaring dan menguras.
i.      Menyedot Kotoran
Menurut Sugama (1993), kualitas air pemeliharaan akan menurun dengan adanya akumulasi dan penguraian sisa-sisa pakan atau benih yang mati. Kotoran yang mengendap akibat sisa pakan dan sekresi lobster dapat menyebabkan air keruh, kandungan amoniak menjadi tinggi, dan oksigen terlarut berkurang. Jika kotoran dibiarkan mengendap di dasar bak, lobster akan stress bahkan bisa mengalami kematian. Untuk mencegah hal itu sebaiknya dilakukan penyedotan kotoran setiap 3 kali sehari. Penyedotan dilakukan dengan selang penyedot (Hartono et.al., 2003).
ii.     Menguras dan Mengganti Air Bak
 Kotoran yang mengendap di dasar bak akibat sisa pakan dan sisa sekresi yang tidak dibuang dapat menyebabkan lobster stress dan nafsu makannya berkurang. Kotoran tersebut mengandung kadar amoniak yang tinggi sehingga air akan terlihat keruh. Untuk membersihkannya, secara berkala kotoran disedot menggunakan selang. Setelah disedot ketinggan air berkurang sehingga bak harus ditambah air kembali (Hartono et.al., 2005). Selain penyedotan kotoran, air bak juga perlu dikuras dan diganti dengan air baru. Caranya, air kolam disedot hingga ketinggian air 5 cm. Setelah itu, semua lobster diambil dengan cara diserok, lalu dipindahkan ke wadah atau akuarium. Selanjutnya, bak dikuras hingga bersih. Setelah kegiatan pengurasan dan pergantian air selesai, lobster dimasukan kedalam bak yang telah dibersihkan dan diberikan pipa paralon. Pengurasan dan pergantian air secara totol cukup dilakukan setiap dua minggu sekali (Hartono et.al., 2005).
iii.  Pengukuran Kualitas Air
 Untuk mengetahui kualitas air pemeliharaan, maka setiap hari dilakukan pengecekan faktor penentu kualitas air seperti kadar keasaman (pH= seperti kertas lakmus dan pH tester), suhu(Thermometer batang), kesadahan (dH= hardness tester), kandungan oksigen terlarut (DO= DO meter), serta kandungan karbon dioksida (CO2) dan gas lainya, debit air.
Kadar keasaman sangat menentukan kehidupan lobster di dalam air. Kadar keasaman air dapat diketahui dengan cara mengukurnya menggunakan alat khusus pengukur pH seperti kertas lakmus dan pH tester. Penggunaan kertas lakmus cukup dengan dicelupkan kedalam air yang akan diperiksa. Setelah itu, kertas dikeluarkan dari air. Dalam hitungan detik, kertas akan berubah warna kehijauan atau kebiruan. Warna kehijauan atau kebiruan berarti basah. Untuk mencocokan nilai pH air pada kemasan kertas lakmus terdapat indikator warna. Penggunaan pH tester lebih mudah digunakan karena cukup dicelupkan sebagian kedalam air yang akan diukur kadar keasamannya. Pada saat dicelupkan, akan muncul nilai secara digital. Kadar kesamannya yang diinginkan lobster berkisar 7 – 8 (Hartono et.al., 2003).
Suhu dikur dengan menggunakan Thermometer. Umumnya lobster air tawar menyukai air dengan suhu 19-25 0C (Hartono et.al., 2003).
Kadar kesadahan (dH) diukur menggunakan hardness tester. Alat ini cukup sederhana dan praktis pengguannya, yaitu cukup dicelupkan kedalam air sehingga akan tertera nilainya secara digital (Hartono et.al., 2003).
Kesadahan dan keasaman air merupakan 2 penentu kualitas air yang saling mempengaruhi. Umumnya air yang memiliki pH rendah memiliki tingkat kesadahan rendah. Biasanya, kondisi tersebut disebabkan oleh adanya dekomposisi bahan organik. Lobster air tawar sangat menyukai air dengan kesadahan sekitar 10 – 200 dH (Hartono et.al., 2003).
Adanya karbon dioksida di dalam air akibat hasil buangan (sekresi) lobster air tawar. Dalam jumlah tertentu kadar CO2 dapat menjadi racun sehingga jika dibiarkan akan membunuh lobster. Lobster air tawar masih bisa hidup normal pada kadar CO2  10 mg per liter. Salah satu penyebab paling utama berkurangnya kandungan oksigen di dalam air adalah kandungan amoniak. Agar kandungan oksigen dalam air cukup dan stabil sebaiknya di dalam bak dipasang aerator. Alat ini berfungsi untuk menyuplai oksigen dari udara ke air. Mahluk hidup di dalam air termasuk lobster air tawar sangat membutuhkan kreativitas agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Oksigen dibutuhkan lobster air tawar untuk bernapas. Kebutuhan oksigen terlarut dalam air yang diinginkan lobster mencapai 7 ppm (Hartono et.al., 2003).
c.   Pengelolaan Hama dan Penyakit
Lobster termasuk udang yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sehingga hama dan penyakit yang cukup menggaggu dalam proses pembesaran lobster air tawar masih jarang ditemukan. Untuk lobster yang dipelihara dengan sistem in door, maka keberadaan hama masih dapt ditanggulangi dan tidak terlalu membahayakan karena jarang ditemukan. Hama yang sering ada pada pemeliharaan lobster sistem indoor adalah lumut. Lumut dapat masuk dalam wadah pemeliharaan karena air yang tidak disaring sebelum dimasukkan dalam wadah pemeliharaan benih. Keberadaan lumut di dalam wadah pemeliharaan meskipun sebenarnya tidak membahayakan lobster, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu pertumbuhan dan pergerakan lobster. Agar lumut dapat dikendalikan pertumbuhannya sebaiknya secara berkala lumut dibersihkan dengan cara diserok (Hartono et.al., 2006). Sedangkan untuk lobster yang dipelihara dalam wadah outdoor, maka hama lebih banyak datang dan menyerang, baik hama penyaing, pemangsa maupun perusak. Kodok merupakan salah satu hama yang mengganggu, terutama saat masih kecil (kecebong). Hal ini dikarenakan kecebong merupakan saingan lobster dalam mendapatkan makanan yang diberikan. Untuk itu, sebaiknya secara berkala kolam dibersihkan dari kecebong (Hartono et.al., 2006). Lebih lanjut Hartono et.al., (2005) mengatakan bahwa saat ini yang patut diwaspadai oleh pembudi daya adalah serangan hama berupa tikus air, burung laut dan kucing. Hewan tersebut dapat memangsa lobster jika pembudi daya tidak melakukan pengawasan dengan baik. Sampai saat ini belum ditemukan satu pun jenis penyakit yang menyerang lobster. Namun demikian pembudidaya harus tetap waspada karena kemungkinan suatu saat akan muncul penyakit baru. Untuk mencegah lobster dari berbagai penyakit, sebaiknya kebersihan air dan pakan harus dijaga. Air bak harus diganti secara teratur dan berkala. Begitu pula dengan pakan, sebelum diberikan harus dicuci bersih agar bibit penyakit ikut terbuang (Hartono et.al., 2003).
d.   Sampling
 Menurut Widodo et.al. (2005), sampling (pengambilan contoh) bertujuan untuk menduga populasi udang di dalam wadah pemeliharaan. Pengambilan sampling udang dilakukan dengan cara mengambil udang kemudian dikumpulkan dalam ember dan dihitung jumlahnya. Dengan demikian, dapat diperoleh jumlah total udang dan perkiraan nilai kelangsungan hidup (SR) serta bobot rata-rata udang untuk menentukan biomassa udang (Widodo et.al., 2005).
 4.   Pemanenan Hasil
a.  Panen untuk Benih
 Dalam pemanenan benih berukuran 1-2 cm, alat yang digunakan adalah ember plastik 20 liter, scoopnet berukuran (20×10) cm, daun pisang atau cabikan plastik ikan, terutama jika jarak antara wadah pemanenan dan wadah penampungan relatif jauh. Sementara itu, saat yang baik untuk pemanenan adalah sebelum jam 9 pagi, berada di lingkungan terbuka, dan hasil panen ditempatkan dalam wadah dengan jumlah maksimum 20 ekor per wadah (Sukmajaya, 2003).
Cara panen dimulai dengan menurunkan air di dalam wadah hingga kedalaman air tinggal 15 – 20 cm. Jika wadah yang digunakan berupa akuarium, cara mengeluarkan air dengan syfoning dan jika berupa bak atau kolam tanah, tinggal membuka lubang pengeluaran. Setelah itu, benih lobster di tangkap menggunakan scoopnet secara perlahan dan hasil tangkapan dimasukkan ke dalam ember yang telah dilengkapi air jernih dan alat lain (Sukmajaya, 2003).
b.  Panen untuk Konsumsi
Lobster siap konsumsi mulai bisa dipanen pada umur 7 bulan. Lobster dengan umur tersebut sudah mencapai 90 – 100 gram per ekor atau 10 – 20 ekor per kilo gram. Biasanya lobster yang dipanen pada umur sekitar 7 bulan ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Namun, untuk konsumsi ekspor, lobster baru bisa dipanen pada umur 10 – 12 bulan dengan berat tubuh 150 – 200 gram atau hanya 5 – 7 ekor per kilogram. Pasar ekspor, terutama jepang sangat menyukai lobster berukuran besar (Hartono et.al., 2005).
Cara panen untuk konsumsi cukup sederhana, yaitu dengan cara menguras air kolam. Setelah air kolam habis, tempat persembunyian diambil dan dipisahkan ke tempat lain. Selanjutnya, lobster diserok satu per satu dengan mengunakan serok jala. Lobster yang terjaring di masukan kedalam ember atau baskom yang berisisi air secukupnya (Hartono et.al., 2006).

c.  Pengemasaan
 Pengemasan udang memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam upaya untuk menjaga keselamatan benih selama pengangkutan. Ada beberapa teknik pengemasan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan kantong plastik dan dengan menggunakan styrofoam.
i.    Pengemasan dengan Plastik
 Pada dasarnya, proses pengemasan benih lobster dengan menggunakan plastik sama dengan proses pengemasan ikan hias. Perbedaaannya hanya pada jumlah plastik yang dipakai. Pada pengemasan benih lobster, jumlah plastik yang digunakan sebanyak dua lapis atau lebih. Ini dimaksudkan agar pada saat pengangkutan tidak terjadi kebocoran yang disebabkan oleh capit lobster.
Proses pengemasan benih lobster dengan menggunakan plastik dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.   Wadah plastik diisi air sebanyak sepertiga bagian wadah. Setelah itu benih lobster dimasukkan dalam wadah dengan jumlah 100-200 ekor untuk ukuran 2 inchi
  1. Selain itu, dimasukkan pula satu persatu lembaran daun papaya. Daun papaya tersebut berfungsi agar lobster tidak mabuk di perjalanan
  2. Wadah yang sudah berisi lobster dan daun papaya diisi oksigen Ikat wadah plastik dengan karet gelang selanjutnya kemasan siap diangkut. Perbandingan oksigen dengan air 3-1
ii.   Pengemasan dengan Kotak Styrofoam
Wadah untuk mengemasan loster sebenarnya banyak pilihan. Yang penting lobster diangkut dengan menggunakan wadah pengemasan tersebut. Oleh karena lobster memiliki capit yang setiap saat bisa merobek dan mancapit maka wadah harus kuat dan tahan dengan capitannya. Kantong plastik yang biasa digunakan untuk mengemas ikan hias tidak cocok untuk mengemas lobster ukuran konsumsi karena plastik mudah sobek jika terkena capit. Untuk itu, wadah seperti kotak styrofoam merupakan pilihan tepat. Sebenarnya wadah lain seperti ember yang memiliki penutup bisa dijadikan wadah pengemasan jika tempat tujuan pengiriman lobster tidak terlalu jauh. Namun, sebaiknya disarankan menggunakan styrofoam karena lebih praktis dan umum digunakan (Hartono et.al., 2006).
Lebih lanjut Hartono et.al.,(2005) mengungkapkan bahwa pengemasan dengan mengunakan kotak styrofoam lebih banyak diinginkan untuk calon induk atau lobster dewasa. Namun, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengemasan dengan menggunakan wadah kemasan ini juga bisa digunakan untuk benih lobster dalam jumlah yang banyak.


Berikut proses pengemsannya:
1.   Kotak styrofoam diisi air dengan ketinggian 7 cm
2.   Lobster dimasukkan dalam wadah dengan kepadatan 10 kg lobster dengan ukuran styrofoam 75 cm x 42 cm
  1. Satu per satu lembar daun papaya dimasukkan agar lobster tidak mabuk perjalanan
    1. Kotak Styrofoam ditutup dan diberi lakban agar tidak mudah lepas
    2. Kotak styrofoam berisi lobster siap dingkut.
d.   Pengangkutan
 Standar benih lobster air tawar untuk ekspor berukuran 10 gram. Pertimbanganya, benih dengan ukuran tersebut memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih cepat dibandingkan dengan benih berukuran kecil. Dengan demikian, penyediaan pakan bisa dilakukan dengan memanfaatkan pakan alami. Disamping itu, pengangkutan akan efisien karena kotak pengangkutan standar internasional dapat diisi benih lobster air tawar sebanyak 1000 ekor dengan tingkat mortalitas maksimum 5 % (Sukmajaya, 2003).
Menurut  Sukmajaya (2003), dalam hal ini pengangkutan benih lobster air tawar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Menyiapkan wadah yang terdiri dari kotak syirofoam standar internasional, serpihan atau potongan busa kecil, plastik transparan berukuruan (20×40) cm, plastik kecil (10×5) cm, es batu, lakban atau malam, oksigen, dan label.
  2. Masukan potongan busa kecil ke dalam plastik yang sebelumnya telah diseterilisasi mengunakan ultraviolet dan rendam di dalam air jernih.
  3. Memasukan benih yang sehat atau tidak mengandung penyakit sesuai dengan hasil pemeriksaan dan pemberian perlakukan sesuai dengan standar karantina.
  4. Mengisi oksigen murni, menutup, serta mengikat plastik secara ketat, sehingga tidak terjadi bocor.
  5. Memasukan plastik ke dalam wadah pengangkutan dan menutupnya. untuk menghindari kebocoran, tutup wadah pengangkutan diberi perekat berupa malam atau lakban.
  6. Memberi label dengan keterangan hewan hidup, asal perusahan, ukuran, serta keterangan nomor sesuai dengan lisensi atau sertifikat
  7. Menyusun di dalam mobil dan mengangkut.




III.       HASIL MAGANG

A     Pelaksanaan Magang

1.   Waktu dan Tempat
 Kegiatan magang pembesaran lobster air tawar dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 2 Juli 2006 sampai dengan 2 September 2006 yang dilaksanakan di Departemen Perikanan Budidaya PPPG Pertanian Cianjur, Jl. Jangari KM 14. Karang Tengah Kotak Pos 138 Cianjur 43202.
2.   Keadaan Umum Tempat Magang
Departemen Perikanan Budidaya mengelola mengembangkan dan mengkaji budidaya ikan. Produk-produk unggulan pada Departemen Perikanan Budidaya dapat diadopsi oleh masyarakat baik untuk usaha skala kecil, menengah dan besar.
Serangkaian program pendidikan dan pelatihan, yaitu:
a.   Pemijahan ikan lele
b.   Pembesaran ikan konsumsi
c.   Sistem resirkulasi air secara intensif
d.   Pembuatan aquarium
  1. Budidaya dan pembenihan ikan koki, nila dan jambal
  2. Budidaya Lobster air tawar
  1. Alat dan Bahan
 Bak , Aerator/blower, Aquarium, Pompa,Peralatan lapangan, Alat ukur kualitas air, Sikat, Ember, Selang sypon, Pipa paralon 2-5 incii, Seser, Timbangan, Bibit Lobster, Pakan, Air Bersih, Obat – obatan, Metyline Blue              .
4.   Strategi Pelaksanaan
 Kegiatan yang dilaksanakan selama magang  pembesaran lobster air tawar adalah:
  1. 1.    Persiapan wadah dan media
Prosedur persiapan wadah dan media sebagai berikut :
  1. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  2. Pencucian bak pemeliharaan dengan cara menyikat dari lumut yang menempel dan kotoran yang berada pada dasar maupun dinding bak
  3. Pengeringan bak selama beberapa hari atau langsung diisi dengan air kemudian dibiarkan 1 hari
  4. Pengisian air media dengan ketinggian antara air 15-20 cm pada bak setinggi 40 cm. Air yang digunakan harus bersih dari kotoran atau air yang talah diinapkan  minimal selama 12 jam
  5. Pemberian plastik bergelombang atau dengan menggunakan pipa paralon ukran 1-2 inchi
  6. Pengaturan aerasi yang berupa pengaturan tekanan aerasi dipasang sebanyak 1 buah pada bak pemeliharaan dan pastikan posisi selang dan batu aerasi sudah tepat
  1. 2.    Penebaran Benih
Prosedur Penebaran Benih  sebagai berikut :
  1. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
    1. Tentukan padat tebar benih. Untuk padat tebar bervariasi antara 50-100 ekor/M2
    2. Benih yang akan ditebar diseleksi berdasarkan ukurannya
    3. Hitung jumlah benih yang akan di tebar
    4. Aklimatisasi benih dilakukan dengan merendamkan benih dalam media pemeliharaan kemudian benih ditebar secara perlahan agar terhindar dari stress.
    5. 3.    Pemeliharaaan Benih
Prosedur pemeliharaan benih sebagai berikut :
  1. a.      Pemberian pakan
Pakan yang diberikan untuk benih dapat berupa : pellet, cacing, keong dan tepung. Pemberian pakan diberikan dengan prosedur :
  1. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  2. Pemberian pakan pellet dapat langsung ditebarkan pada bak
    1. Dalam pemberian tubifek dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum diberikan pada benih dan keong mas diberikan dalam bentuk cacahan.
    2. Sedangkan pemberian pakan berupa tepung untuk benih diberikan dengan pemberian air sedikit agar tepung tidak mengapung pada permukaan air.
  1. b.      Pengelolaan kualitas air
Prosedur  pengelolaan kualitas air sebagai berikut :
  1. Sediakan alat pengukuran kualitas air
  2. Lakukan pengukuran suhu, pH, DO dan ketinggian air
    1. Pergantian air cukup membuka saluran pengeluaran dan mengganti dengan air yang baru
    2. Sypon dilakukan dengan menyedot kotoran dengan menggunakan selang
    3. Catat data nilai pengukuran kualitas air per hari



  1. c.       Sampling
Prosedur sampling sebagai berikut :
  1. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
    1. Ambil sample sebanyak 10 ekor lobster dan ditimbang
    2. Sample dirata-ratakan dengan menjumlahkan seluruh berat hasil timbangan kemudian dibagi dengan jumlah sample yang diambil.
    3. Ukur panjang total lobster sebayak 10 ekor kemudian rata- ratakan
    4. Catat data hasil sampling perminggunya
  1. 4.    Pemanenan
Prosedur  pemanenan sebagai berikut :
  1. Sediakan alat dan bahan yang dipelukan
  2. Angkat pipa paralon atau plastik bergelombang
  3. Buka saluran pengeluaran air kemudian biarkan lobster keluar dan terampung pada wadah penampungan
  1. 5.    Pengemasan
Prosedur  pengemasan sebagai berikut :
  1. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  2. Sediakan kantong plastik yang di isi air bersih
  3. Masukan lobster kedalam kantong yang berisi air
  4. Injeksi dengan oksigen
  5. Kemudian ikat dengan karet gelang.
  1. 6.    Pengangkutan
    1. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
    2. Menyiapkan wadah styrofoam
      1. Masukkan kantong yang sudah berisi lobster kemudia lakukan pemberian es pada sisi styrofoam
      2. Pemberian label pada bagian atas styrofoam
        1. Pemberian lakban dengan erat kemudian disusun pada mobil pengangkut dan usahakan tumpukan padat sehingga rapat dan menghindari tumpukan jatuh.



C.    Pembahasaan

1.   Sarana Pembesaran Lobster
 Sarana pokok, penunjang, maupun sarana pelengkap yang digunakan dalam pengoperasian pembesaran udang lobster harus dirancang sedemikian rupa untuk menjamin keberhasilan produksi maupun keuntungan ekonomis.
a.   Sarana Pokok
 Sarana pokok meliputi bak pemeliharaan benih, bak kultur pakan, bak penetasan artemia serta bangunan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan pokok pembesaran.
i).   Bak Pemeliharaan Benih
 Bentuk pemeliharaan lobster sangat bervariasi. Namun bak yang digunakan pada pemeliharaan lobster air tawar di Departemen Perikanan Budidaya menggunakan bak persegi yang didesain dengan baik agar mudah dalam pemanenan dan pengontrolan lobster. Ukuran bak dengan luas 2 m2  dengan tinggi bak 40 cm. Ukuran tersebut sangat ideal karena mudah dalam pengontrolan benih dan induk lobster. Bak pemeliharaan benih terbuat dari semen. Untuk mencegah luapan air bak dan menciptakan kondisi air yang mengalir dibuat lubang saluran pembuangan dibagian dasar bak dengan  diameter 2,5 cm. Karena lubang ini berfungsi sebagai pengeluaran air, maka dasarnya dibuat agak rendah untuk memudahkan air dan kotoran keluar saat pembuangan air.
ii).  Bak Penetasan Artemia
Bak penetasan artemia terbuat dari wadah pastik dan berbentuk kerucut agar memudahkan dalam pemisahan cangkang dan proses pemanenan. Volume wadah yang digunakan adalah 19 liter yang dilengkapi dengan pipa aerasi dan dihubungkan dengan saluran aerasi yang berasal dari blower.
iii). Pipa Paralon
 Fungsi pipa paralon dalam pembesaran lobster air tawar adalah sebagai tempat persembunyian dan sekaligus tempat berlindung dari sengatan cahaya matahari secara langsung. Pipa paralon yang dipakai beragam ukurannya, mulai dari ukuran 2, 3, 5, 9 dan 11 cm tergantung pada ukuran lobster yang dipelihara. Pipa paralon kemudian diletakan pada dasar bak pemeliharan secara horizontal. Jumlah pipa paralon yang dimasukan dalam bak sebagai tempat berlindung adalah 1:1, dimana satu pipa paralon hanya ditempati oleh satu lobster. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar lobster mendapatkan tempat berlindung secara merata untuk menghindari lobster berebut tempat berlindung.  Hal ini sesuai dengan sifat lobster yang nocturnal, sehingga cenderung akan mencari tempat yang gelap dan tempat perlindungan. Dalam hal ini, Hatchery Departemen Perikanan Budidaya menggunakan pipa parelon dan plastic bergelombang untuk memenuhi sifat lobster. Paralon yang digunakan memiliki diameter 5 cm untuk lobster dengan ukuran 5-8 cm, sedangkan lobster dengan ukuran 10–15 cm menggunakan paralon berukuran 10 cm dan lobster berukuran lebih dari 15 cm menggunakan paralon berukuran diameter 12,5 cm. Selain penggunaaan pipa paralon, digunakan pula plastik bergelombang yang sudah dipotong – potong dengan ukuran 20 cm x 10 cm. Plastik bergelombang ini digunakan pada benih lobster ukuran 2 inchi.
b.   Sarana Penunjang
 Sarana penunjang terdiri dari bak penampungan air, instalasi aerasi atau blower dan peralatan pendukung lainnya.
i).     Bak Penampungan Air
Bak ini digunakan untuk menyalurkan air tawar bersih ke bak atau sarana yang memerlukan air bersih. Bak yang ada di Departemen Perikanan Budidaya dinamakan bak tandon yang berfungsi sebagai tempat menampung air bersih untuk disalurkan ke bak pemeliharaan lobster.
ii).    Aerator
Aerator sangat diperlukan oleh kehidupan lobster air tawar karena sebagai suplai oksigen. Jumlah aerator yang dipasang pada bak pemeliharaan lobster sebanyak 1 buah yang dihidupkan secara kontinyu dan pemasangannya adalah pada setiap saluran pipa yang disambungkan pada blower.
c.   Sarana Pendukung
Sarana ini dapat berupa alat ukur kualitas air yang digunakan untuk mengukur kualitas air pada saat pemeliharaan, seperti DO meter, pH meter/paper, dan Thermometer. Alat tersebut sangat penting untuk mengetahui nilai kualitas air pemeliharaan lobster secara harian. Selain itu peralatan pendukung untuk pemeliharaan lobster air tawar yang disiapkan antara lain selang untuk mengganti air pemeliharaan, ember, seser, dan water heater.
2.   Sumber Air
 Sumber air yang digunakan dalam pemeliharan lobster adalah air tawar bersih yang berasal dari PAM. Air yang digunakan tersebut tidak langsung digunakan namun terlebih dahulu diendapkan agar suhu tidak terlalu tinggi karena air yang ada di bak tandon biasanya berasal dari penampung pertama yang terbuat dari plastik sehingga sangat tinggi untuk menyerap panas.
Air yang berasal dari PAM di tampung pada tower penampungan air dan kemudian dialirkan kedalam bak tandon yang ada didalam hatchery.




3.   Teknik Budidaya
a.     Persiapan Wadah dan Media
i.  Persiapan Bak dan Pengaturan Aerasi
Persiapan bak dimulai dengan membersihkan bak dari lumut dan kotoran yang menempel pada bak dengan menyikat seluruh permukaan bagian dalam bak hingga bersih, kemudian dibilas menggunakan air bersih. Apabila air media sudah siap, maka bak dapat langsung diisi dengan air, namun apabila air media belum siap untuk digunakan, maka bak harus dibiarkan terlebih dahulu sambil menunggu air siap. Sebelum air dimasukkan, maka dilakukan pemasangan pipa paralon 2,5 inci pada lubang pengeluaran air yang terletak dibagian pinggir bak dengan tujuan agar air di dalam bak pemeliharaan tidak keluar dan berkurang. Pemasangan pipa paralon dilakukan secara vertical.
i.  Persiapan Air Media
 Untuk mempersiapkan media pemeliharaan sangat diperlukan air yang bersih dan berasal dari sumber yang telah dikelola sedemikian rupa sehingga layak untuk pemeliharaan lobster air tawar. Untuk memudahkan penyediaan air di Departemen Perikanan Budidaya, maka diperlukan pompa untuk mengisi air di dalam bak pemeliharan dengan ketinggian air di bak pemeliharaan 15-20 cm. Enceng gondok diketahui efektif digunakan sebagai tempat persembunyian udang, akan tetapi untuk pemberian tanaman air (enceng gondok) tidak dilakukan karena dalam waktu yang tidak lama enceng gondok tersebut dapat membusuk sehingga akan mengeluarkan kotoran/amoniak yang dapat mengganggu kualitas air pembesaran lobster. Sebagai pengganti enceng gondok, Departemen Perikanan Budidaya memakai plastik bergelombang dan pipa paralon sebagai persembunyian dan tempat berteduhnya lobster tersebut.
b.     Penebaran Benih
 Sebelum dilakukan penebaran sebaiknya dilakukan pengukuran kualitas air. Kualitas air yang berbeda dapat menyebabkan lobster stress dan bahkan berlanjut pada kematian. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih yang ditebar.  harus memenuhi karakteristik benih yang akan ditebar, seperti:
  • tidak cacat fisik,
  • benih harus sehat, dan
  • memiliki ukuran yang seragam untuk menghindari kanibalisme.
Oleh karena itu sebelum benih lobster ditebar, terlebih dahulu dilakukan seleksi benih untuk mengetahui panjang dan berat benih. Selain itu cara seleksi yang lain adalah dengan memisahkan benih yang sehat dan yang sakit.  Lobster dalam kondisi sehat dapat terlihat dari gerakannya yang aktif dan tidak berdiam diri. Tingkat pertumbuhan yang normal dan memiliki nafsu makan yang tinggi juga merupakan salah satu tanda bahwa lobster dalam keadaan sehat. Nafsu makan lobster yang tinggi dapat mendukung kecepatan pertumbuhan lobster sehingga diharapkan pula lobster memiliki kondisi fisik yang kuat dan lobster tidak mudah sakit atau stress. Untuk mengetahui nafsu makan lobster air tawar dapat dites dengan memberikan cacing merah. Bila cacing langsung dimakan maka nafsu makan lobster tersebut tinggi, atau dapat pula dengan mengamati kondisi tubuhnya yang padat dan kuat. Bentuk tubuh yang sama dan seimbang, dilihat dari kondisi kedua capit sama besar dan tidak cacat merupakan ciri lain lobster sehat. Kemudian dipisahkan juga berdasarkan umur dan ukuran lobster yang akan di tebar.
Agar benih yang akan ditebar tidak mengalami stress maka diperlukan aklimatisasi. Tujuan aklimatisasi tersebut adalah untuk menyamakan suhu antara air media pemeliharaan dengan media asal benih lobster. Menurut Patasik, (2004) dalam penebaran benih perlu dilakukan aklimatisasi agar benih tidak stress akibat perbedaan lingkungan yang sangat mencolok. Di Departemen Perikanan Budidaya tidak dilakukan aklimatisasi kerana niali kaulitas air media pemeliharaan dengan media asal benih sama setelah dilakukan pengukuran kualiats air. Sehingga tidak perlu dilakukan aklimatisasi pada benih lobster.
Penebaran benih dilakukan dengan memasukkan benih yang telah terseleksi ke dalam wadah pemeliharaan yang baru. Menurut Patasik, (2004) penebaran benih udang lobster dilakukan dengan menebar benih secara merata keseluruh bagian wadah pemeliharaan. Sementara itu di DPB tidak melakukan penebaran secara merata. Hal ini dapat menyebabkan udang berkumpul di satu titik, sehingga lobster akan saling mengganggu antara satu dengan lainya. Setelah penebaran benih maka perlu dilakukan pengamatan terhadap benih yang ditebar untuk mengetahui tingkat penyesuaian benih lobster akan lingkungan yang baru. Dari hasil pengamatan, benih yang sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya ditandai dengan lobster berenang menyebar. Padat penebaran lobster perbak pada lampiran 3.
 3.     Pemeliharaan Benih
 a. Pemberian Pakan
 Pemberian pakan untuk lobster berbeda-beda berdasarkan umur lobster yang dipelihara. Benih ditebar dapat diberikan pakan berupa pakan alami (Daphnia sp dan Tubifex sp) atau apabila tidak tersedia pakan alami, maka diberikan tepung yang dicampur dengan vitamin dengan perbandingan (1:1).  Sebelum diberikan campuran tepung dan vitamin diberikan sedikit air dengan tujuan agar tepung yang akan diberikan tidak terapung diatas permukaan air. Dosis pemberian diberikan secukupnya dengan frekuensi 2 x sehari pada pukul 09.00 WIB dan 16.00 WIB. Namun, untuk benih yang berumur ± 2 bulan diberikan pellet D2 dengan pemberian secara ad-labitum dengan frekuensi dan waktu yang sama dengan pemberian pakan pada benih yang baru menetas. Menurut Hartono et.al., (2006) jumlah pakan yang diberikan pada 10 hari pertama sejak tebar sebanyak 100 gr/hari/m2. Jumlah pakan tersebut harus ditambah setiap sepuluh hari berikutnya sebanyak 50 gr. Di Departemen Perikan Budidaya pemberian pakan dilakukan dengan ad-libhitum tidak dapat menghitung kebutuhan pakan yang diperlukan selama pembesaran. Ukuran pakan buatan juga bermacam-macam, seperti DO umumnya untuk lobster ukuran benih, D1 (1-2 bulan), D2 (3-4 bulan), D3 dan D4 (lebih dari 5 bulan ).
Diketahui dalam budidaya biaya operasional yang paling besar adalah biaya pembelian pakan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut maka diberikan pakan tambahan yang diberikan pada lobster berupa cacahan halus keong mas. Pemberian keong mas pada lobster bertujuan untuk mempercepat kematangan gonad. Cara pemberian tubifek dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum diberikan pada benih dan keong mas diberikan dalam bentuk cacahan.
Lobster mempunyai sifat nocturnal. Oleh karena itu kebutuhan pakan pada malam hari lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan pakan pada pagi hari. Untuk mengetahui jumlah pakan yang dimakan oleh lobster maka pada pagi hari dilakukan pengecekan habis tidaknya pakan yang diberikan pada sore hari. Jika terlihat pakan habis pada pagi hari maka dilakukan penambahan jumlah pakan untuk mencukupi nafsu makan lobster yang meningkat.
b. Pengelolaan Kualitas Air
 Pengelolaan kualitas air sangat penting dalam pembesaran untuk menjaga kualitas lobster yang dipelihara. Kegiatan berupa pengukuran kualitas air (pengukuran suhu, pH, ketinggian air, DO) dan pergantian air bertujuan agar kualitas air pemeliharaan tetap terpelihara. Pengukuran kualitas air berupa pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer batang yang dicelupkan kedalam air pemeliharaan. Nilai ditunjukan pada skala yang terdapat di thermometer berupa nilai suhu pada media pemeliharaan. Suhu lobster pada pagi 26oC -27oC sedangkan pada sore hari suhu air mengalami peningkatan dengan kisaran antara 28oC-29oC. Peningkatan suhu pada sore hari diakibatkan adanya perbedaan terik pada siang dan sore hari yang mempengaruhi suhu pada media pemeliharaan. Suhu akan berubah apabila terjadi pergantian air secara total. Air yang berada pada penampungan mempunyai suhu yang tinggi berkisar antara 29. o C–30 o C. Fluktuasi suhu dapat menyebabkan lobster menjadi stress. Pada saat pemeliharaan, tidak terjadi fluktuasi suhu sehingga lobster tidak ada yang mengalami stress.
Kadar keasaman (pH) lobster di ukur dengan menggunakan alat pengukur digital sehingga hasil pengukuran pH sangat akurat dibandingkan pengukuran dengan menggunakan kertas lakmus. Sebelum digunakan pH meter dikalibrasikan terlebih dahulu dengan pH 7 setelah itu elektrodanya dicelupkan kedalam media pemeliharaan. Alat tersebut akan menunjukan nilai pH air pemeliharaan pada layer monitor. Nilai dibawah 7 menunjukan perairan tersebut bersifat asam dan apabila nilai yang ditunjukan di atas 7 maka air bersifat basa. Nilai pH yang diukur pada saat pemeliharaan berkisar antara 6-7 nilai tersebut menunjukan pH perairan masih tergolong normal.
Jumlah oksigen yang ada dalam suatu perairan dikenal dengan DO. DO dapat diukur dengan menggunakan digital DO meter sehingga nilai yang ditunjukan cukup akurat. Cara kerjanya cukup memasukan bagian elektroda ke dalam perairan kemudian dalam hitungan detik nilai oksigen yang terlarut dalam perairan dapat ditunjukan. DO pada saat pemeliharaan lobster menunjukan nilai yang stabil, berkisar antara 3,00 – 5,00 ppm. Nilai yang ditunjukan tersebut diperoleh dari suplaian oksigen oleh aerator yang dipasang di bak pemeliharaan. Selain pengukuran kadar oksigen, juga dilakukan pengukuran ketinggian air pada saat pemeliharaan lobster. Ketinggian air tetap dipertahankan berkisar antara 15 -20 cm dengan cara melakukan pengisian air pada ketinggian tersebut diharapkan lobster dapat bertahan hidup dengan tekan aerator yang kuat. Berdasarkan pengalaman, pada saat aerator mati ketinggian air mencapai 20 cm, dapat menyebabkan lobster mati karena selain tidak ada suplai oksigen ketinggian air juga sangat tinggi oleh sehingga lobster tidak mampu mengambil oksigen dari udara untuk bernapas.
Selain pengukuran kualitas air, kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan kualitas air adalah penyedotan dan pengurasan atau pergantian air pemeliharaan. Menyedot kotoran berupa sisa pakan dan faces sangat perlu karena apabila terjadi penumpukan pada dasar bak pemeliharaan dapat menyebabkan timbulnya amoniak yang berbahaya bagi lobster. Penyedotan kotoran yang berada di dasar bak dilakukan dengan mengunakan selang kemudian kotoran akan tertarik oleh sedotan selang yang dikenal dengan istilah sypon. Sypon dilakukan jika keadaan kotoran dan faces di dasar telah terlihat menumpuk karena akan berbahaya bagi lobster. Sebaiknya penyiponan dilakukan 2 kali sehari. Data harian pembesaran lobster pada lampiran 4
Apabila warna air sudah menunjukan tidak layak untuk kehidupan lobster (keruh) akibat penumpukan sisa pakan dan faces, sebaiknya dilakukan pengurasan air secara total untuk membersihkan sisa pakan. Cara pengurasan adalah dengan membuka pipa pengeluaran dan cukup mengangkat pipa/plastik bergelombang kemudian lobster yang berada dalam bak di ambil dan ditampung pada bak yang lain. Setelah itu bak dapat di semprot dengan aliran air dan menyikat dasar bak, plastik bergelombang dan pipa tempat persembunyian benih juga dibersihkan dengan cara menyikat atau membersihkan dengan air bersih. Setelah yakin sudah bersih, maka bak diisi kembali dengan air sampai ketinggian 20 cm dan masukan pipa/plastik bergelombang dan lobster dapat di masukan kembali pada bak.
c. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Selama praktikum penyusun tidak menemukan adanya penyakit yang menyerang benih lobster air tawar. Akan tetapi perlu diwaspadai adanya serangan penyakit. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah dengan membersihkan lingkungan bak 2 kali, sehari dilakukan pergantian air secara total dan menyipon sisa-sisa pakan serta feces yang ada di dalam bak. Adanya sisa pakan berupa Tubifek  sp,menjadi salah satu factor timbulnya penyakit karena banyak mengandung lumpur yang membawa bibit penyakit
Pencegahan hama berupa burung, ular dan kucing tidak dilakukan pada saat pemeliharaan kerenan usaha pemebesaran lobster dilakukan dengan sistem indoor sehingga hama tersebut tidak dapat memangsa lobster secara langsung.
d. Sampling
Sampling dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan lobster yang dipelihara.
Dalam pengambilan sample sebaiknya dilakukan secara acak agar hasil  tersebut akurat. Sampling ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan panjang tubuh lobster secara berkala baik pada benih berumur 1 minggu hingga pada lobster ukuran benih. Selain itu, sampling juga dilakukan untuk mengetahui petambahan berat tubuh udang lobster dengan menimbang dan merata-ratakan hasil penimbangan pertambahan panjang dan berat lobster dapat dilihat pada (tabel 1).

Tabel 1 Data Sampling No Bak C 10
DATA
WAKTU SAMPLING PER 2 MINGGU
I
II
II
Berat
1,3 gr
1,8 gr
2,7 gr
Panjang
3,5 cm
4 cm
4,25 cm
Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa panjang dan berat lobster mengalami pertambahan sebanyak 1,4 gr 0,75 cm dalam jangka waktu 14 hari. Hal ini dapat diketahui dari sampling awal lobster
4.     Pemanenan
 Pemanenan lobster air tawar dilakukan pada benih ukuran 1-2 inci yang dibeli oleh konsumen. Waktu pemanenan tergantung pada permintaan konsumen yanfg datang ke hatchery. Cara pemanenan cukup sederhana yaitu dengan membuka pipa saluran pengeluaran air dan lobster yang keluar ditampung pada baskom .
5.     Pengemasan
 Pengemasan benih lobster air tawar dilakukan dengan dua cara, yaitu cara basah dan kering. Pengemasan basah dilakukan dengan memasukkan lobster yang telah terpilih ke dalam plastik atau kotak styrofoam dengan kepadatan menyesuaikan ukuran dan jarak perjalanan. Plastik digunakan untuk pengemasan dalam jumlah sedikit sedangkan kotak styrofoam digunakan untuk mengemas lobster dengan jumlah banyak. Pada dasarnya pengemasan basah sama dengan pengemasan ikan hias, namun pada lobster air tawar plastik yang digunakan harus lebih tebal atau digunakan 2 lapis untuk menghindari kebocoran akibat capitan lobster. Dengan ukuran plastik (60×40) cm
Pengemasan basah lobster dilakukan dengan dimasukan kedalam kantong plastik yang sudah berisi air sebanyak 100 ekor tergantung ukuran plastik packing. Kemudian tambahkan pada kantong oksigen dengan cara diinjeksi kemudian kantong diikat dengan mengunakan karet gelang. Sedangkan pengemasan kering umumnya digunakan pada transportasi jarak jauh/eksport yang menggunakan jasa cargo untuk mengurangi biaya pengiriman yang berpengaruh juga kepada efisiensi tempat dan berat paket. Pada pengemasan kering lobster air tawar dimasukkan ke dalam kotak plastik/mika yang sudah dibolongi tepiannya terlebih dahulu. Lobster diletakkan berjajar dengan kepadatan disesuaikan ukuran wadah dan benih lobster, dasar wadah pengemasan diberi busa filter atau kertas koran yang telah dibasahi untuk melembabkan wadah pengemasan sehingga lobster dapat bertahan hidup. Jarak dapat menetukan cara penanganan pada saat packing. Di Departemen Perikanan Budidaya umumnya pembeli datang langsung ke hatchery karena jarak antara tempat pembeli dengan lokasi hatchery tidak terlalu jauh,  sehingga packing jarak jauh belum pernah dilakukan.  Jumlah lobster dalam plastik packing tidak ada patokan karena tergantung ukuran plastik packing.
6.     Pengangkutan
Pengangkuatan sangat jarang dilakukan, karena  pembeli yang membeli lobster langsung datang ke Departemen Perikanan Budidaya. Namun, pengangkutan sangat penting dalam mempertahankan lobster yang telah dipenen agar kondisi baik sampai pada tujuan.
IV. PENUTUP

A.        Kesimpulan

Dari hasil magang diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;
  1. Tingginya permintaan pasar terhadap lobster sebagai udang hias, konsumsi dan induk belum bisa terpenuhi secara maksimal
  2. Pada saat penebaran benih tidak dilakukan aklimatisasi karena nilai kualitas air media awal dengan media penebaran sama.
  3. Penebaran benih tidak dilakukan secara merata pada bak pemeliharaan
  4. Dalam bak pemeliharaan tidak diberikan enceng gondok sebagai pelindung lobster
  5. Pemberian pakan menggunakan sistem ad-libhitum

B.         Saran

  1. Sebaiknya pada saat penebaran dilakukan aklimatisasi agar benih yang di tebar tidak stress dengan lingkungan baru.
  2. Sebaiknay penebaran dilakukan secara merata agar antara satu dengan yang lain tidak saling mengganggu.
  3. Dalam pemberian  pakan sebaiknya tidak menggunakan sistem pemberian pakan dengan ad-libitum (sekenyang-kenyangnya) karena dengan menggunakan system tersebut menggunakan biaya operasional yang besar.
  4. Sebaiknya penebaran benih harus digunakan seleksi benih untuk mendapatkan benih yang berkualitas
  5. Dalam bak pemeliharaan sebaiknya di berikan enceng gondok sebagai pelindung lobster dari pencahayaan
Konstruksi kolam
Induk jantan dan induk betina harus ditempatkan dalam kolam yang terpisah untuk mencegah terjadinya pemijahan yang tidak dikehendaki. Selama dipelihara, calon induk diberi pakan udang segar, cacing halus pelet udang komersial, atau ubi jalar dengan kandungan protein 35-40 % Jumlah pakan yang diberikan 3% dari bobot badan hidup. Frekuensi pem berian pakan 3 kali sehari, pagi, Siang dan sore atau malam. Porsi pakan yang diberikan pada malam hari lebih banyak karma lobster termasuk binatang nocturnal.


PERSIAPAN KOLAM
Persiapan kolam yang perlu dilakukan meliputi, pengeringan, perbaikan dasar, pematang
serta kemalir kolam, dan pengapuran dengan dosis 50 gram/m2. Hal lain yang harus dilakukan adalah pemasangan shelter/tempat berlindung bagi udang yang sedang berganti kulit. Untuk hal ini dapat digunakan daun kelapa dan ranting pohon. Kedalaman air di kolam yang ideal untuk pemijahan antara 80 100 cm.

KEPADATAN PENEBARAN BERDASARKAN BERAT INDUK
1. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (15 g/ekor)
Kepadatan Penebaran (10ekor/m2)
2. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (20 g/ekor)
Kepadatan Penebaran (5 ekor/m2)
3. Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (30 g/ekor)
Kepadatan Penebaran ( 1 - 2 ekor/m2)
Dengan uang Rp.1 juta kita dapat memulai usaha ini dengan cukup membeli 1-2 set indukan LAT serta alat2 pendukung lainnya seperti air rator, water pump, filter air serta pipa PVC berukuran sedang. Dengan asumsi bahwa lobster akan siap dipanen setelah usianya mencapai 6-7 bulan atau berukuran 5 inc telah dapat dijual dengan harga 150-250 ribu/kg. jadi dengan ketekunan dan kesabaran maka dipastikan kita akan memdapat untung yang lumayan besar setelah panen. Satu ekor betina mampu menghasilkan sekitar 200 butir telur setiap satu kali kawin. Dalam setahun induk betina bisa kawin sampai 5 kali.
Peluang Usaha Lobster Air Tawar : Bisnis Menjanjikan

modal awal sebesar Rp 5 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli indukan lobster air tawar Walkamin dari Pasar Pramuka Jakarta Timur, seharga Rp 4 juta yang berisi 30-40 ekor indukan. Selain itu juga untuk membeli seperangkat aquarium (ukuran 100x50x25 cm), aerator, pipa, dan selang.  sedangkan untuk pembesarannya dilakukan di 6 kolam masing-masing seluas 100 m2 Dalam satu bulan, Fahdiansyah bisa menghabiskan sekitar Rp 1,8 juta untuk membeli pakan lobster berupa cacing sutra dengan harga Rp 10 ribu per liter dan pelet merek Pokphand seharga Rp 230 ribu per karung isi 25 kg. Selain memakai kolam, pembenihan lobster juga bisa dilakukan di dalam aquarium, bak fiber, atau kolam semen. Peralatan yang digunakan pembenihan di aquarium berupa potongan pipa ukuran 5-10 cm dan jaring. Sementara itu, untuk pembenihan di bak fiber dan kolam semen, selain memakai potongan pipa dan jaring, juga menggunakan genteng dan batu roster.
Batu roster, genteng, jaring, dan potongan pipa digunakan sebagai tempat persembunyian. Jika tidak ada tempat bersembunyi, maka lobster akan menyerang satu dengan yang lainnya.

Untuk pembenihan yang dilakukan di dalam aquarium (ukuran 100x50x25 cm), idealnya berisi 1 set induk lobster. Jika dilakukan di kolam semen (ukuran 2x1 m), berisi 5 set indukan lobster. Proses perkawinan terjadi setelah 2-3 minggu.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam pemeliharaan lobster ini, diantaranya seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan dan pengeraman telur hingga penetasan serta perawatan larva sampai ukuran konsumsi.

 Pemilihan benur

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxFk9pqvus-HCNLGNtv0YHVeEPT_HMStbsc-9HTH72SDAGv4VbF2F5jzwGCtqYuJ9PsAUnxptTCFsCxZGZtOUQd0ZnEF1YJ13omodWkDSmPe3J-b3XxwMVYYmiZrA5wdQs2SN93RqobcnJ/s320/1

Benur yang baik tidak akan menggerombol melainkan menyebar di seluruh kantong benur. Penebaran benur dilakukan sore hari dan malam hari. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.

Penebaran Benur.
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :
  • Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
  • Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
  • Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
  • Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.


MOLTING
·         Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara diskontinyu dan secara berkala. Ketika molting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.
·         Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
·         Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh.
·         Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 minggu sekali.
  • Proses moulting (pergantian kulit/cangkang) terjadi karena pertumbuhan badan lobster. Dan ketika itu keadaan lobster sangat lemah, sehingga mudah untuk dimangsa oleh lobster yang lain. Untuk menghindarinya kita harus memindahkan ke tempat lain selama 1 hari (sampai tubuh lobster kembali mengeras).

TERNAK LOBSTER

Kebiasaan berkembang biak
Lobster umumnya memilih habitat yang memiliki vegetasi yang lebat. bertepi dangkal, dan dasarnya berpasir bercampur Lumpur. Udang ini hidup pada kisaran suhu 26-30 0C, tetapi ada juga jenis lobster yang mampu bertahan pada suhu 10O C.

PENCEGAHAN PENYAKIT BENIH
Penyakit yang biasa menyerang benih lobster adalah parasit yang hidup di kepala dan badan lobster. Parasit tersebut berwarna putih susu dan bias berkembang biak di dalam tubuh dan kepala lobster. Ciri lobster yang terkena parasit adalah nafsu makannya berkurang dan tidak lincah sehingga bias mengakibatkan kematian.
Untuk mengatasi penyakit ini, Fahdiansyah biasanya merendam benih lobster yang terkena penyakit tersebut pada air garam dengan kadar garam 30 ppt (satuan kadar garam). Rendam benih lobster dalam air tersebut selama 10-14 hari dan setiap 3-4 hari sekali ganti air dengan air garam yang baru. Saat direndam, biasanya benih lobster akan melompat-lompat dan pada saat itulah telur parasit akan mati.
Untuk mengetahui jenis kelamin lobster dapat kita lihat dari benjolan yang terdapat pada kaki lobster.
  • Ciri lobster jantan yaitu terdapat benjolan pada kaki paling bawah, selain itu terdapat warna merah pada ujung capitnya.
  • Ciri lobster betina yaitu terdapat benjolan pada kaki ketiga dan tidak terdapat warna merah pada ujung capitnya. 
Untuk induk betina terdapat lubang pada pangkal kaki jalan ketiga.
Hal-hal lain yang kita perhatikan dalam seleksi induk adalah :
  1. Induk minimal berumur 8 bulan
  2. Bobot induk jantan diatas 30 gram
  3. Bobot induk betina 20 gram – 30 gram
  4. Kondisi sehat
Memilih Induk
Ciri induk yang berkualitas
Betina
- Adanya lubang bulat yang terletak yang terletak di dasar kaki ketiga.
- Capit betina besarnya sama atau hanya 1,5 kali buku (ruas) pertama.
- Warna lebih gelap dibandingkan pasangannya.
- Umur 6-8 bulan.
- Berat mencapai 30 g.
- Panjang 18 – 20 cm
Jantan
- Memiliki tonjolan di dasar tangkai kaki jalan kelima.
- jantan memiliki capit yang besarnya 2-3 kali buku (ruas) pertama.
- Warna lebih cerah.
- Umur 6-8 bulan.
- Berat 30 g.
- Panjang 18-20 cm.

= :: Jumlah telur pada indukan :: =

Jumlah telur pada indukan dipengaruhi oleh :
  1. Faktor ruang telor di perut indukan betina nya.
  2. Faktor kualitas makanan, yang secara langsung mempengaruhi kualitas sperma dari indukan.
  3. Faktor kondisi kesehatan indukan.
  4. Faktor kualitas air dan lingkungan.
  5. Proses pemijahan, jika prosesnya kurang memadai maka banyak sperma yang tercecer ditempat yang kurang tepat.

Induk betina bertelor.


Pembenihan bisa dilakukan di dalam akuarium (ukuran 100x50x25cm) berisi 1 set indukan lobster atau kolam semen (ukuran 2x1m) berisi 5 set induk lobster. Semakin banyak jumlah set indukan lobster yang ditempatkan dalam satu kolam akan semakin bagus karena sifat lobster betina yang sangat selektif dalam memilih pejantan. Artinya , jika di dalam satu kolam terdapat banyak pejantan maka kemungkinan terjadinya perkawinan juga semakin besar. Ciri-ciri induk betina yang baik adalah ukuran kepala yang lebih kecil daripada ukuran badannya. Sebaliknya pejantan lebih bagus yang kepalanya lebih besar daripada badannya.
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5 jika dihitung dari atas sedangkan  calon induk betina memiliki lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3.
Gambar Kelamin Lobster Jantan      Gb Kelamin Lobster Jantan  Gambar Kelamin Lobster Betina GBr Kelamin Lobster Betina



Pilih induk yang pertumbuhannya paling cepat diantara lobster-lobster yang lain. Pastikan juga jenis kelamin lobster yang dipilih benar-benar jantan atau betina, karena ada juga lobster yang memiliki kelamin jantan dan betina sekaligus.
Lobster yang baik dipijahkan berumur minimal 6 bulan dan panjang 4 inci.
Aquarium berukuran 100 x 50 x 40 cm cukup untuk memijahkan lobster sebanyak 4 betina dan 2 jantan atau 3 betina dan 2 jantan. Aquarium harus dilengkapi dengan aerator untuk memberi suplai oksigen atau filter. Letakkan pralon pvc ukuran 2,5 inci, panjang 12 cm,untuk tempat berlindung.
Perkawinan biasanya terjadi pada malam hari dan 3 hari kemudian induk betina akan bertelur. Induk betina yang sudah bertelur akan melipat ekornya untuk melindungi telur yang menempel di sirip renangnya.
Lobster yang sedang bertelur dapat dijadikan satu dengan lobster betina lain yang sedang bertelur dalam satu aquarium. Apabila telurnya sudah berbentuk seperti juvenil maka indukan yang sedang bertelur dipisahkan dengan yang lainnya.
Selama pengeraman ekor lobster akan lebih cenderung sering menutupi telurnnya.Apabila telur sudah berbentuk juvenil induk mulai membuka ekornya.
Setelah juvenil sering turun & bermain di sekitar induk, juvenil harus segera dirontokkan dari induknnya. Juvenil diberi makan 2 kali sehari. Makanan yang diberikan berupa kutu air, plankton, artemia, cacing sutra, tepung ikan atau pelet yang dihaluskan.
Tanda tanda induk betina bertelor.
LAT yang telah melakukan pemijahan dan berhasil terjadi pembuahan biasanya ditandai dengan lipatan ekor yang sampai kipas ekornya mengenai kaki kelima dan adanya busa atau foam pada badannya. Saat awal bertelur betina lebih sering terlihat diam dan berbalik seolah-olah mati, lalu setelah beberapa hari induk betina mulai melakukan aktifitas seperti biasanya dengan ekor tetap melipat. Ciri induk betina yang sedang bertelur adalah ekornya akan melengkung hingga kaki pertamanya. Usahakan 1 akuarium (ukuran 100x50x25cm) berisi 1 induk betina dengan ukuran air 20-25cm. hal ini untuk menghindari pertengkaran antara lobster betina yang dapat mengakibatkan kerontokan telur.  Jika sudah terlihat tanda-tanda induk bertelur, segera pindahkan ke aquarium lainnya. Usahakan 1 aquarium (ukuran 100x50x25cm) hanya berisi 1 induk betina. Hal ini bertujuan untuk menghindari pertengkaran antara lobster betina yang dapat mengakibatkan kerontokon telur.Induk lobster betina bisa menghasilkan 200-300 telur lobster. Proses pengeraman telur membutuhkan waktu 30-35 hari dan untuk penetasan telur lobster membutuhkan waktu 3-4 hari. Setelah telur menetas, segera ambil induknya. Jika induk tidak diambil lebih dari seminggu, maka lobster induk akan memangsa anaknya sendiri. “Semakin tua lobster, maka jumlah telurnya akan semakin banyak, karena badannya semakin besar, kuat, dan panjang,” ungkap Fahdiansyah.

Pembibitan lobster Fahdiansyah di 15 kolam semen di samping rumahnya dengan ukuran kolam 2x1 m2, 2x2 m2, dan 2x3 m2. yang diperlukan untuk melakukan pembibitan adalah induk yang berkualitas. Di Indonesia, untuk indukan lobster air tawar dijual per set dengan jumlaj lobster yang bervariasi. Saya sendiri menjual 1 set indukan berisi 6 jantan dan 4 betina seharga minimal Rp. 320.000 tutur Fahdiansyah. Selain kolam semen, ia juga menyewa 6 buah kolam tanah di Ciampea Bogor, untuk membesarkan lobster.
.Pemindahan induk betina yang bertelor.
Untuk menghasilkan pembuahan yang sempurna dan pertumbuhan telor yang optimal sebaiknya dipindahkan saat telor berwarna krim atau telur berumur 7 hari. Pemindahan induk betina yang bertelor dilakukan dengan sangat hati-hati, untuk mencegah perontokan telor oleh induk betina karena stress dan atau kaget. Pemindahan tsb dilakukan dengan cara memindahkan induk betina bersama tempat persembunyiannya secara perlahan-lahan diangkat dari wadah pemijahannya. Jika induk betina tidak di dalam tempat persembunyian maka harus digiring dengan hati-hati, setelah berada didalam tempat persembunyian tsb barulah induk betina bisa dipindahkan. Antara wadah pemijahan dan wadah pengeraman janganlah terlalu jauh agar memudahkan proses pemindahan. Setelah induk dipisahkan dari anaknya, pisahkan induk dari lobster dewasa lainnya. Untuk proses perkawinan selanjutnya, tunggu selama minimal 2 minggu atau sampai berganti kulit. Induk lobster air tawar bisa hidup sampai umur 3-4 tahun dengan panjang 20-25 cm dan berat mencapai 0,5 kg. Pada usia itu, lobster akan semakin banyak menghasilkan telur, bahkan jumlahnya bisa mencapai hingga ribuan. Setelah induk dipisahkan dari anaknya, pisahkan induk dari lobster dewasa lainnya. Pada usia itu, lobster akan semakin banyak menghasilkan telur, bahkan jumlahnya bisa mencapai hingga ribuan. Untuk tambahan udara, berikan aerator ukuran sedang (8 titik udara) dalam kolam semen (ukuran 2x1m). Setelah 2 bulan, benih lobster yang perkembangannya bagus akan berukuran 2” (5cm) dan siap untuk dijual. Lamanya waktu usaha pembenihan secara keseluruhan sekitar 6 bulan dari mulai proses perkawinan indukan sampai umur benih mencapai 2 bulan. Resiko kematian benih saat pemeliharaan ini sekitar 20%.
Pemberian pakan berupa cacing, sayur dan pelet bias dilakukan secara bergantian. Pelet yang biasanya digunakan Fahdiansyah adalah pelet merek Pokphand karena kadar proteinnya tinggi, yaitu sekitar 30%. Untuk cacing sutera atau beku, biasanya 1 liter cacing bisa Untuk sayuran, sebelum diberikan pada bibit lobster harus direndam dulu tanpa dicacah atu dipotong-potong

Pemijahan
Lobster akan melakukan pemijahan pada suhu air di atas 23 - 29o C dan optimum 27oC (Jones, 2000), minimal cahaya yang diperlukan dengan terang 12 jam dan gelap 12 jam.
Induk jantan yang agresif serta induk betina yang telah matang gonad siap untuk melakukan proses pemijahan. Ciri-ciri yang ditunjukkan LAT jantan ketika matang gonad adalah tanda merah pada bagian luar kedua ujung capitnya atau berumur sekitar 8-9 bulan. Ciri betina yang matang gonad adalah sibuk membersihkan abdomennya dengan kaki renangnya serta banyak muncul gonade spot pada caparasnya. (vizanfarm,2007). Induk betina merebahkan badannya sampai terlentang dan membuka lebar badannya lalu induk jantan menaikinya sambil mencapit kedua capit induk betina. Induk jantan mengeluarkan spermanya dan induk betina mengeluarkan indung telur ke badannya. Induk betina menutup rapat-rapat badannya dengan kipas ekornya sampai menyetuh kaki ke lima guna melakukan proses pembuahan. Proses pemijahan lobster ini berlangsung beberapa kali hingga terjadinya pembuahan. Dalam proses pemijahan indukan betina akan membalikan badan hingga terlentang dan indukan jantan akan menaikinya dengan kedua capit mencapit capit indukan betina. Indakan jantan akan mengeluarkan spermanya dan indukan betina akan mengeluarkan indung telurnya ke badan indukan betina. Sperma dan indung telur yang ada pada badan indukan betina akan langsung dilipat oleh indukan betina rapat-rapat hingga kipas ekornya menyentuh kaki kelima(Lim, 2006).
Pada awal-awal bertelur betina lebih sering diam dan berbalik seolah-olah mati. Setelah beberapa hari betina mulai melakukan aktivitas seperti biasanya namun lebih bagnyak diam dengan ekor tetap terlipat. Sekitar 10-15 hari setelah perkawinan, telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu akan berubah menjadi oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas. Hingga telur tersebut menetas dan menjadi benih akan terus melekat di badan lobster betina. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas sekitar 4-5 hari setelah menetas (Wiyanto, 2003).



Jumlah telur pada indukan dipengaruhi oleh :
  1. Faktor ruang telor di perut indukan betina nya.
  2. Faktor kualitas makanan, yang secara langsung mempengaruhi kualitas sperma dari indukan.
  3. Faktor kondisi kesehatan indukan.
  4. Faktor kualitas air dan lingkungan.
  5. Proses pemijahan, jika prosesnya kurang memadai maka banyak sperma yang tercecer ditempat yang kurang tepat.
Indukan Lobster Air Tawar yang sedang gendong telor awalnya memang nafsu makannya berkurang. Dan setelah beberapa hari akan normal kembali. Pakan bisa diberikan antaralain, cacing dan kecambah. Berikan 2 kali pada waktu pagi & sore hari, porsi pakan jangan terlalu berlebih sebab akan banyak sisa pakan yang tidak habis sehingga bisa merusak kualitas air.
Perlu dilakukan sifoning dan atau penyedotan kotoran dan sisa pakan pada habitatnya. Alat yang bisa dipergunakan untuk sifoning dengan selang aerator, lidi, dan tali. Dengan begitu bisa diarahkan kemana saja tanpa membuat Lobster Air Tawar terusik. Setelah habitatnya bersih dari kotoran dan sisa pakan yang telah membusuk pengisian air baru sesuai batas air semula guna memperbaiki kualitas air.

Mengenai kasus ”Molting pada saat Lobster Air Tawar gendong telor
Menurut salah satu sumber LAT molting pada saat karapas sudah mencapai +/- 125% dari panjang awal (dengan asumsi bahwa saat LAT bertelur s/d burayak rontok tidak ada pertumbuhan ) maka jika mau bertelor pertumbuhan sudah mencapai 120% dan selama sekian minggu terjadi pertumbuhan 0% LAT tidak akan molting. Tapi jika LAT nafsu makannya bertambah dan terjadi pertumbuhan makan dalam periode bertelor panjangnya mencapai lebih dari 5% sehingga LAT akan molting.
Itu sudah ada siklusnya masing-masing dan siklus tsb dangat berkaitan dengan banyak factor misalnya: umur, ketersediaan pakan, kondisi air, hormone kecepatan pertumbuhan dsb.

Proses pemijahan.

Indukan yang dipilih untuk dipijahkan harus dipelihara secara khusus agar menghasilkan telor secara terus menerus dan jumlah telor yang optimal.
Ciri indukan yang akan melakukan pemijahan sbb:
  • Induk jantan bertingkah seperti kalajengking yang ekor dan capitnya diangkat.
  • Induk betina terlihat aktif membersihkan badannya (abdomen) dengan pasangan kaki ke empat dan kelima, terutama kaki renangnya (pleopods).
  • Indukan sering berdekatan dan saling bercumbu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pemijahan sbb:
  • Induk jantan & betina telah matang gonad.
  • Induk jantan & betina dalam kondisi prima, sehat dan atau terbebas dari virus/penyakit.
  • Capit induk jantan harus lengkap sedangkan untuk capit induk betina tidak harus lengkap (minimal 1 capit)
  • Induk jantan dan atau betina harus dari sumber berbeda, untuk mencegah terjadi inbreeding.
  • Pakan yang diberikan secara berselingan antara lain: kecambah (toge), cacing tanah, keong mas, kacang ijo.
  • Pemeriksaan serta sipon sisa pakan dan kotoran pada wadah pemijahan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
  • Ketinggian air sekitar 30 cm dengan suhu diantara 23-30'c serta oksigen terlarut diatas 3 ppm.
  • Media sembunyi antara lain paralon,tali rapia dsb diberikan sesuai jumlah induk betina.
  • Lingkungan wadah harus dalam kondisi nyaman dan tenang.
  • Perbandingan induk jantan & betina antara lain 1 jantan X 1 betina,1 jantan X 2 betina.
Pemijahan secara berpasangan dapat dilakukan di akuarium berukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Sementara pemijahan secara massal dapat dilaksanakan di bak semen atau bak fibre dengan berukuran 2 m X I M X 1 m atau 6 m x 2 m x I M. Persyaratan wadah untuk kolam pemijahan adalah sama seperti halnya wadah pemeliharaan untuk pematangan. Kolam memiliki  pemasukan air dan pintu pengeluaran. Debit air yang masuk ke kolam kurang lebih 0,5 l/detik. Kolam dilengkapi pula dengan dengan system kemalir dan kobakan yang akan memudahkan pada saat panen/seleksi.

Dalam pengamatan produksi di lapangan, hasil kegiatan pemijahan biasanya dapat dievaluasi setelah 21 hari, dari mulai induk disatukan dalam wadah pemijahan. Seleksi induk matang telur dilakukan dengan mengeringkan kolam pemijahan, kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Pagi hari sebaiknya kolam sudah kering dan induk tertampung semua dalam kobakan, padakondisi ini air sebaiknya terus mengalir. Oleh karena itu sistem kemiringan kolam, kemalir dan kobakan harus diterapkan dengan baik, sehingga induk terjaga dari kematian. Sebelum terjadi pemijahan udang betina terlebih dahulu berganti kulit (premating moult).Pada kondisi ini udang lemah, setelah pulih kembali terjadilah pemijahan. Pemijahan dapat dilakukan di kolam tanah, akuarium, bak beton atau fibreglass dengan padat tebar 4 ekor/m2. Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3. Selama proses pemijahan induk diberi pakan pellet dengan kandungan protein 30% sebanyak 5% per hari dari berat biomass dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari, lama pemijahan 21 hari.




. PENGERAMAN
Setelah terjadi proses perkawinan, maka lobster akan meletakkan telur-telur di sirip renangnya dan menutup/melindunginya dengan ekornya. Biasanya proses pengeraman terjadi satu hingga satu setengah bulan.
Telur ini berbentuk oval dan berdiameter 1/10 inci dan akan dierami selama kurun waktu 4 – 6 minggu.

Masa ini disebut dengan masa inkubasi. Apabila suhu air dapat dipertahankan dikisaran 280 C, masa inkubasi akan berlangsung lebih cepat, yakni selama 30 – 35 hari. Selama dalam masa pengeraman, kualitas air harus selalu diperhatikan dan dijaga.
Pemindahan induk gendong telur harus dilakukan dengan sangat hati – hati untuk menghindari rontoknya telur akibat pergerakan (berontak) induk. Selama dalam masa pengeraman, telur – telur lobster air tawar akan berkembang melalui 5 fase, yaitu :

Fase 1 (hari ke 1 – 3), telur berwarna keabuan.
Fase 2 (hari ke 12 – 14), telur berwarna kecoklatan.
Fase 3 (hari ke 20 – 23), menginjak fase eye spot (titik hitam pada telur).
Fase 4 (hari ke 28 – 35), telur berwarna oranye kemerahan; organ tubuh sudah terbentuk lengkap.
Fase 5, telur telah berubah menjadi burayak yang sudah siap turun gendong (lepas dari induknya).

Menempatkan induk betina yang sedang gendong telur dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
@Pengeraman tunggal, yaitu dengan cara menempatkan 1 ekor induk gendong telur ke dalam 1 kolam / akuarium.
@Pengeraman massal, yaitu dengan cara menempatkan beberapa ekor induk gendong telur ke dalam 1 kolam / akuarium. Beberapa induk gendong telur yang ditempatkan secara bersama – sam ke dalam kolam / akuarium harus mempunyai umur telur yang sama ( minimal berselisih 10 hari ).

. PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN BENIH
Setelah telur menetas menjadi benih, sebulan kemudian pilah benih dan pisahkan sesuai ukurannya lalu pindahkan dari aquarium ke kolam semen. Kolam semen lebih bagus untuk pembenihan karena naik turunnya suhu dalam kolam semen tidak terlalu drastis. Suhu yang sesuai untuk benih lobster air tawar  adalah 25-30 oC.

Dua bulan kemudian, benih lobster yang perkembangannya bagus akan berukuran 5 cm dan siap untuk dijual. Lamanya waktu usaha pembenihan secara keseluruhan sekitar 6 bulan dari mulai proses perkawinan indukan sampai umur benih mencapai 2 bulan. Resiko kematian benih saat pemeliharan sekitar 20%. Berikan makan berupa pelet khusus lobster sehari 2 kali, yaitu pagi (pukul 07.00-09.00) dan sore (pukul 17.00-20.00). Porsi ideal untuk makan pagi 1 ekor benih lobster adalah seperempat sendok teh pelet dan untuk makan sore sebanyak setengah sendok teh. Selain pelet, juga bisa diberikan sayuran (misalnya tauge dan wortel) dan protein segar (misalnya cacing sutra dan cacing beku). Untuk Cacing Sutra atau beku, biasanya 1 liter cacing bisa dihabiskan dalam waktu 1 minggu untuk 1000 benih lobster. Untuk pembenihan lebih dianjurkan diberi pakan cacing karena kadar proteinnya tinggi.
Penetasan telur yang dibawa induk betina bisa tetap dilakukan di akuarium dengan memindahkan induk jantan ke lain tempat. Sementara untuk lobster yang dikawinkan secara massal, harus dilakukan sebaliknya yaitu memindahkan lobster betina yang mengerami telurnya ke dalam akuarium atau bak penetasan khusus. Bak penetasan yang dimaksudkan bisa berupa akuarium ukuran 4o cm x 3o cm x 3o cm. Bak penentasan juga bisa berupa bak fibre yang disekat-sekat yang dipersiapkan secara khusus untuk penetasan, seukuran 3o cm x 3o cm x 30 cm. Bisa juga induk-induk betina yang mengeram ditempatkan bersama-sama di dalam bak fibre bulat dengan diameter 1 meter. Setelah 8-15 hari sejak pemindahan induk-induk yang mengeram. maka juvenil lobster sudah memiliki bentuk yang mirip dengan induk­induknya. Oleh karena itu, saatnya untuk memindahkan benih ini ke kolam yang terpisah dari induknya.
Setelah dilakukan pemijahan seiama 21 hari, induk diseleksi yang matang telur dengan warna telur abuabu. Induk tersebut diberi perlakuan dengan ………????????? sebanyak 1,5 mg/liter, dengan cara perendaman selama 25 menit. Selama penetasan telur, induk diberi makanan berupa ketela rambat, singkong atau kentang dipotongpotong kecil. Hal ini untuk menghindari dampak negatif kualitas air. Pada suhu 2830°C telur akan menetas dalam waktu 6 12 jam. Kemudian larva dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan.

Burayak  dibiarkan dalam wadah pengeraman sampai berumur 7 – 15 hari. Pakan yang diberikan berupa cacing sutera, pelet udang ukuran paling kecil atau cacing beku. Pakan diberikan 2 kali sehari pagi dan sore sebanyak 2-3 % berat burayak.
Letakkan juga persembunyian berupa potongan pvc atau roster untuk tempat berlindung minimal berjumlah sama dengan jumlah burayak.
Setelah berumur 7 – 15 hari dilakukan penjarangan dengan kepadatan 20-50 ekor/m2. Kedalaman air diatur sedalam 25 – 30 cm dan berikan aerasi yang cukup.
Dalam waktu 2 bulan burayak sudah mencapai ukuran rata-rata 5 cm (2 inci) dan siap di panen untuk pembesaran. Panen dilakukan pagi atau sore hari untuk mengurangi stres.
Yerlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih adalah burayak sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air yang mendadak. Burayak jugasangat  sensitif dengan pestisida dan minyak.



Pemindahan burayak=:.

Pemindahan burayak sebaiknya dilakukan pada usia berumur 2 minggu setelah turun dari indukan betina dan pada saat kondisi suhu tidak terlalu panas. Burayak dipindahkan dengan cara disedot dengan selang air yang pada bagian ujungnya disaring dengan serokan yang berlubang halus. Jika burayak ada di tempat persembunyian (seperti: paralon, sedotan dll) dikocok hingga buarayak jatuh ke serokan. Burayak yang telah siap untuk dipindahkan ke wadah pembesaran dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam perkembangan burayak tsb. Untuk kepadatan tebar dalam wadah pembesaran 100 ekor/m2, burayak dibesarkan sampai ukuran 5 cm atau 2 inci. Waktu pembesaran untuk mencapai ukuran tsb +/- 2 bulan.

=* Perawatan burayak - bibit *=

Pembesaran dari burayak s/d bibit (5cm) membutuhkan waktu +/- 2 bulan. Untuk pembesaran pada wadah atau kolam kepadatan tebar 100 ekor/m2. Didalam wadah atau petakan kolam yang merupakan habitat buatan, Lobster Air Tawar sangat peka terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya baik karena faktor alami (perubahan musim, cuaca, perairan) maupun karena faktor perlakuan teknis budidaya pada wadah atau petakan kolam. Selanjutnya lakukan pengecekan kondisi Lobster Air Tawar secara praktis yang dapat diterapkan langsung dilapangan sebagai bahan acuan dalam mengambil keputusan terkait dengan permasalahan yang terjadi pada Lobster Air Tawar serta perlakuan yang perlu diterapkan secara cepat, tepat serta efektif dan efisien. Shelter atau tempat persembunyian harus tersebar merata pada wadah atau petakan kolam untuk menekan kanibalisme, jumlah shelter yang diberikan sebaiknya 2-3X dari jumlah Lobster Air Tawar dalam wadah atau petakan kolam tsb. Setiap bulan sebaiknya dilakukan seleksi / sortir pada bibit dari segi ukuran & berat, serta kualitasnya. Penyedotan kotoran dan sisa pakan yang telah busuk pada dasar wadah/kolam dilakukan 2 hari sekali lalu untuk pengisian air baru s/d batas air seperti semula.

Perawatan bibit - calon Indukan +=

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan sbb:

1. Seleksi / sortir calon indukan, dengan cara memilih dari setiap penetasan burayak jantan dan betina yang bongsor dari satu generasi.
Penentuan berdasarkan postur dan umur yang menjadi pemilihan pada calon indukan.
2. Dibesarkan secara monosex, hasil seleksi/sortir tsb di pindahkan ke wadah/kolam pembesaran tersendiri dan dipisahkan antara jantan dengan betinanya.
3. Wadah/kolam yang luas, kepadatan untuk calon indukan +/- 5 ekor/m2 .
4. Shelter/tempat persembunyian yang memadai, guna untuk keutuhan organ tubuh LAT, karena untuk mengganti organ yang hilang akan sangat menghambat pertumbuhannya.
5. Berikan pakan bergizi, agar pertumbuhannya optimal dan untuk membantu kualitas sperma indukan.
6. Cegah pemijahan dini, Ukuran 3”- 4” sudah bisa bertelur namun jika dibiarkan maka pertumbuhannya akan lambat dan berakibat jumlah telurnya sedikit.





PENDEDERAN DAN PEMBESARAN
Untuk pembesaran lobster air tawar, sebaliknya dipersiapkan kolam tanah berbentuk persegi panjang. Kolam dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang terletak berseberangan secara horizontal untuk menjamin sirkulasi air. Kolam pembesaran lobster ini banyak dibuat petani di daerah Jawa Barat maupun daerah lainnya. Mereka mempersiapkan kolam seperti untuk pendederan ikan mas dengan cara memupuk kolam dengan kotorar ayam terlebih dahulu.
Kolam untuk pembesaran lobster tidak perlu terlalu luas, sesuai
dengan lahan yang tersedia. Luas kolam bisa 100 m2 , 2500 m , atau 600 m2. Ke dalam kolam ditebari pupuk kandang dengan dosis 0,5-1,5 kg/m2. Selain itu, kolam diisi air sedalam antara 40-70 cm agar pakan alami sebagai makanan lobster dapat tumbuh.
Daun kelapa dimasukkan ke dalam kolam pembesaran sebagai shelter. Tujuannya untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kolam karena lobster termasuk binatang yang menjauhi sinar matahari (nockturnal). Shelter ini bisa juga berupa ban luar bekas mobil. Lobster juga mempunyai kebiasaan menempel di substrat dalam mencari pakan sehingga penempatan shelter ini sangat cocok.

PENEBARAN BENIH

Benih yang ditebarkan berumur 8-15 hari dengan kepadatan 20-30 ekor/m2 luas kolam. Di tempat pembesaran diusahakan ukuran benih yang ditebarkannya seragam untuk mencegah sifat kanibalisme. Pemeliharaan pertama selama 2 bulan. Selanjutnya, pemeliharaan
dilakukan selama 4 bulan untuk memperoleh lobster ukuran ekonomis 20-30 g/ekor.
mernelihara udang lobster ini secara polikultur, bersama-sama ikan lain dalam satu petakan kolam yang sama. Tentu harus dipilih ikan yang tidak memangsa benih udang galah, misalnya bersama-sama dengan ikan mas atau ikan tawes.
PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

Kebutuhan Nutrisi Pakan Ikan & Udang

Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah : protein,lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.



A. Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal tumbuh- tumbuhan), lebih sulit dicernakan daripada protein hewani (asalhewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalamdinding selulosa yang memang sukar dicerna.
Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan
herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 – 36%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung ikan yang kaya metionin.
B. Lemak
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensialnya yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensial ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi dll.
Kandungan lemak sangat dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%.
C. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 –50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilase). Ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai50%.
D. Vitamin
Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu makan hilang, kecepatan tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, hati berlemah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukan lendir terganggu dll. Agar ikan tetap sehat, suplai vitamin harus kontinyu, tapi kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh ukuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.
E. Mineral
Mineral adalah bahan an-organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisma dan mempertahankan keseimbangan osmotis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang, gigi dan sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, alumunium, seng, arsen, dll. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Namun pada umumnya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses pembuatan pakan. Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan. Bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat antitengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin, BHT, BHA dan lain-lain dengan penggunaan 150 – 200 ppm. Beberapa bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, tepung kanji, tepung terigu dan sagu, dengan pemakaian maksimal 10%. Bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang, sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar tidak cepat hancur dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya dipakai garam dapur sebanyak 2%.
Pemberian pakan untuk larva dilakukan dengan cara :
1. Aerator dimatikan agar larva yang berda di dasar dapat naik ke permukaan.
2. Pakan ditaburkan secara merata
Aerator dinyalakan.
Setiap harinya dilakukan pembersihan bak pemeliharaan dengan cara :
1. Aerator dan heater dimatikan
2. dibiarkan selama 30 menit agar kotoran mengendap
3. kotoran diambil dengan cara dihisap dengan pipa pralon yang disambungkan dengan selang
4. di ujung selang dipasang saringan agar lara tidak dapat menembusnya
5. air diganti dengan yang baru
6. Aerator dan heater dibersihkan
7. Aerator dan heater difungsikan kembali.
Anak loster dalam bak dapat diberikan pakan buatan berupa  pellet udang galah (D1, D2 dan D3). Masing–masing pellet tersebut memiliki ukuran butiran yang berbeda. Pellet D3 cocok untuk anakan yang masih berumur 1-2 bulan, pellet D2 untuk anakan umur 2-4 bulan, dan pellet D3 untuk lobster dewasa yang sudah berumur 5 bulan atau lebih. Selain pellet, anakan lobster dapat pula diberi pakan alami segar seperti cacing sutera atau cacing merah. Pakan diberikan setiap sekitar pukul 08.00-09.00 wib dan sore hari sekitar pukul 16.00-17.00 wib. jumlah pemberian pellet disesuaikan dengan jumlah anakan yang ada di dalam bak dan kemampuan anakan mengonsumsi pakan. Sebagai bahan perbandingan, setiap lobster dewasa hanya mampu menghabiskan pakan sekitar 2 – 3 gram per hari (Hartono et.al., 2006).


PAKAN ALAMI.

Satu hal mendasar yang perlu dicatat adalah pakan alami di dalam tambak/wadah merupakan sumber makanan yang menjadi pilihan utama bagi LAT selama ketersediaannya masih mencukupi bagi populasi LAT di tambak tersebut. Kondisi seperti ini dapat diartikan sebagai berikut : jika LAT menghadapi pilihan antara pakan buatan dengan pakan alami, maka yang akan dipilih terlebih dahulu adalah pakan alami yang ada di perairan tersebut. Penyediaan pakan alami lebih dilakukan melalui penyiapan lahan tebar secara optimal yang memungkinkan tumbuhnya zooplankthon atau organisme renik lainnya yang berfungsi sebagai pakan alami bagi benur di dalam perairan tambak/wadah. Ketersediaan pakan alami di dalam tambak/wadah yang cukup memadai diharapkan dapat menghasilkan tingkat kehidupan yang tinggi bagi LAT usia tebar.
Jenis-jenis pakan alami yang biasa tumbuh atau dikembangkan di dalam tambak/wadah antara lain :
  1. Zooplankthon terutama dari jenis diatomae. Biota ini dapat diamati penampakannya melalui pengamatan visual ke dalam tambak atau pengamatan secara laboratorium. Jenis pakan alami ini lebih banyak dikonsumsi oleh LAT usia tebar atau LAT yang masih berukuran kecil.
  2. Jenis lumut terutama dari jenis lumut usus. Pakan alami dari jenis ini ditujukan bagi LAT dewasa yang berukuran besar. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemunculan atau pengembangan lumut di dalam tambak perlu terkontrol secara cermat densitasnya sehingga tidak menimbulkan masalah yang serius bagi LAT dan kualitas air. Jenis lumut yang dapat tumbuh di dalam tambak beberapa diantaranya ada yang bersifat merugikan seperti jenis lumut rambut. Metode yang dapat digunakan dalam pengembangan lumut di dalam tambak adalah dengan menempatkan lumut pada beberapa transek kawat atau kayu dan kemudian di tempatkan secara merata di dalam perairan tersebut dengan tujuan untuk memudahkan pengontrolan populasi lumut tersebut melalui transek.
Beberapa manfaat dari pakan alami yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan program pakan antara lain :
  • Ketersediaan pakan alami yang memadai terutama pada awal-awal tebar bibit dapat mempertahankan tingkat kehidupan bibit/burayak di dalam tambak.
  • Ketersediaan pakan alami yang memadai terutama pada awal-awal tebar bibit dapat menghasilkan pertumbuhan LAT yang relatif cepat dari biasanya.
  • Ketersediaan pakan alami yang memadai dapat mengurangi proses akumulasi kotoran dan lumpur di dasar tambak, karena penggunaan pakan buatan sebagai penyumbang kotoran terbesar relatif masih terbatas.
  • Ketersediaan pakan alami yang memadai dapat menekan biaya produksi dari penggunaan pakan buatan sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap profit value yang nantinya akan diperoleh.
Salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai tolok ukur tingkat ketersediaan pakan alami di dalam tambak adalah penampakan dan kemunculan LAT di permukaan. Aktifitas yang biasa dilakukan LAT pada kondisi seperti ini adalah dengan melakukan konvoi di sekeliling tambak atau banyak muncul di dinding tambak. Pada perairan tambak dengan persediaan pakan alaminya memadai atau melimpah proses penampakkan dan pemunculan LAT relatif lebih lambat dibandingkan dengan perairan tambak dengan persediaan pakan alaminya sangat kurang. Keadaan ini terjadi karena LAT lebih banyak beraktifitas di dasar perairan untuk mencari pakan alami yang dibutuhkan, sehingga jarang menampakkan/muncul dipermukaan air.
Salah satu parameter lainnya yang dapat digunakan sebagai tolok ukur tingkat ketersediaan pakan alami di perairan tambak adalah melalui pengamatan warna feces LAT yang terdapat di bagian usus. Feces LAT yang berasal dari pakan alami biasanya berwarna kehitaman atau tergantung dari jenis pakan alaminya. Jika dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar LAT memiliki warna feces kehitaman maka dapat dijadikan indikasi bahwa tingkat ketersediaan pakan alami di perairan tersebut masih memadai.

Pakan segar.

Dasar pemikiran yang melandasi penggunaan pakan segar ini adalah sebagai atraktan bagi Lobster Air Tawar (LAT) melalui rangsang penciuman/bau sangat menyengat yang dikeluarkan oleh pakan segar sehingga LAT tertarik dan mendekati untuk mengkonsumsi pakan tersebut. Diharapkan dengan metode seperti ini nafsu makan LAT bisa lebih ditingkatkan dan mampu memperbaiki kualitas LAT. Biota yang sering digunakan sebagai pakan segar dalam budidaya LAT adalah dari berbagai jenis ikan, keong mas/siput, cacing tanah. Adapun cara pemberian pakan segar tersebut antara lain dilakukan dengan.
  • Pemberian secara langsung dengan terlebih dahulu bahan pakan segar di potong-potong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
  • Dikarantina terlebih dahulu 1-2 hari sebelum diberikan kepada LAT dan bahan pakan segar direndam dengan air hangat yang telah dicampur dengan garam ikan dan atau direbus terlebih dahulu sebelum diberikan kepada LAT dengan tujuan menekan sekecil mungkin resiko penularan/terinfeksinya bibit penyakit dari yang digunakan sebagai pakan segar kepada udang.
Dosis pemberian pakan segar yang diterapkan biasanya 1.5 – 2.0 kali dosis pakan buatan dalam kondisi normal dan biasanya dilakukan pada malam hari atau tergantung dari tingkat kebutuhan dan permasalahan yang sedang dihadapi.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan segar ini antara lain:
  1. Jenis dan tingkat permasalahan yang sedang terjadi, karena pada kasus tertentu pemberian pakan segara akan lebih memperparah kondisi dan kualitas LAT di dalam tambak/wadah.
  2. Kondisi perairan tambak/wadah dan cuaca. Pemberian pakan segar di dalam perairan tambak/wadah akan berpengaruh nyata terhadap produktivitas perairan, sehingga perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi LAT.
  3. Pemberian pakan segar di dalam tambak/wadah harus diimbangi dengan sirkulasi air yang memadai sebagai antisipasi terjadinya akumulasi sisa-sisa pakan segar yang tidak terkonsumsi LAT dan dapat mengalami pembusukan di dasar tambak/wadah.
  4. Penyeleksian kualitas biota bahan pakan segar dari kemungkinan terjangkitnya jenis penyakit tertentu yang dapat menginfeksi LAT yang ada di dalam tambak/wadah.

Pakan buatan/pelet

Tingkat penggunaan pakan buatan relatif berbeda berdasarkan skala budidaya lat yang diterapkan, seperti yang diuraikan di bawah ini:
1. Pada budidaya lat skala tradisional, Penggunaan pakan buatan hanya terbatas pada pakan yang dibuat berdasarkan kemampuan pengelola tambak secara perorangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan buatan antara lain : dedak (bekatul), jagung, tepung dan ikan rucah sebagai campuran. Pakan jenis ini biasanya digunakan setelah lat mencapai usia panen dengan estimasi populasi lat yang relatif banyak.
2. Pada budidaya lat skala semi intensif, penggunaan pakan buatan lebih diarahkan pada upaya antisipasi terjadinya kekurangan pakan alami berdasarkan estimasi populasi lat yang ada pada saat itu. Pemberian pakan buatan yang diterapkan tidak bersifat mutlak dan lebih cenderung insidental.
3. Pada budidaya lat skala intensif, penggunaan pakan buatan terutama yang berskala industri bersifat mutlak sebagai salah satu syarat pengelolaan budidaya lat. Padat penebaran lat yang relatif tinggi merupakan salah satu dasar pemikiran yang perlu dipertimbangkan. Selain itu penerapan pakan buatan yang benar pada budidaya lat skala intensif dapat membantu dalam estimasi kondisi dan pertumbuhan lat di dalam tambak.
Pakan buatan skala industri mempunyai karakteristik ditinjau dari segi ukuran dan komposisi nilai gizi yang dikandungnya. Karakteristik tersebut dibuat dan ditentukan oleh industri pembuatnya berdasarkan sifat dan kebutuhan lat. Ukuran pakan buatan bagi lat merupakan ukuran besar kecilnya butiran-butiran pakan yang sesuai dengan kebutuhan lat pada saat dan kondisi tertentu.
Berdasarkan ukurannya, pakan buatan secara garis besar biasanya dapat digolongkan ke dalam jenis:
  1. Crumble, yaitu butiran pakan yang berupa serbuk/butiran halus dan biasa digunakan pada lat usia tebar (benur).
  2. Pellet, yaitu pakan buatan yang berupa butiran-butiran kecil sampai butiran kasar dan biasa digunakan pada lat dewasa sampai usia panen.
Selain ukuran, ditinjau berdasarkan komposisi kandungan nutrisinya pakan buatan mempunyai formulasi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan lat. Nutrisi yang biasanya terdapat dalam pakan buatan antara lain : karbohidrat, protein, lemak, serat dan beberapa zat esensial lain yang dibutuhkan lat. Komposisi nutrisi tersebut dapat berbeda tergantung dari ukuran pakan dan industri pembuatannya. Dalam kondisi tertentu pakan buatan tersebut dikombinasikan dengan zat-zat suplemen (antara lain vitamin) untuk mengatasi kekurangan zat tersebut dan dibutuhkan oleh lat dalam keadaan sangat diperlukan.

Penentuan jenis pakan.

Lobster air tawar (lat) bersifat omnivora yaitu jenis biota pemakan segala jenis makanan yang ada didalam perairan terutama untuk hidup didasar perairan (demersal). Di habitat alaminya jenis makanan yang dikomsumsi oleh lat sangat bervariasi mulai dari tanaman dan hewan air yang berukuran kecil. Sifatnya yang rakus pada jenis makanan yang dijumpainya membuat lat punya sifat kanibalisme yaitu memangsa lat lainnya dalam kondisi lemah atau sudah mati.
Didalam kegiatan budidaya lat jenis pakan yang diberikan/disediakan antara lain:
  1. Pakan alami, yaitu jenis pakan yang tumbuh dengan sendirinya atau sengaja ditumbuhkan didalam kolam/lahan dan mempunyai sifat seperti di habitat alaminya. (antara lain: slada air, eceng gondok, plankton)
  2. Pakan buatan, yaitu pakan lat yang dibuat pada skala industri dengan komposisi nutrisi dan gizi yang sesuai dengan kebutuhan lat dan diberikan untuk menyuplai makanan pada wadah/lahan dengan tingkat ketersediaan pakan alaminya menipis/habis. (antara lain: pellet)
  3. Pakan segar, yaitu pakan yang berasal dari hewan/biota perairan yang telah diolah sedemikian rupa dan diberikan dalam keadaan masih segar kepada lat dengan tujuan memperbaiki kualitas dan kondisi lat dan atau untuk meningkatkan nafsu makan lat yang terindikasi terkena masalah tertentu. (antara lain: keong mas, ikan, cacing tanah)
  4. Pakan tambahan lainnya, yaitu pakan yang bersifat sebagai suplemen dari pakan buatan dan dapat diberikan secara campuran dengan pakan buatan maupun terpisah dengan tujuan mengisi kekurangan nutrisi tertentu pada pakan buatan. (antara lain: kecambah, umbi"an)

Makanan Lobster
Lobster air tawar merupakan pemakan segala atau yang biasa dikenal dengan hewan omnivora yaitu bisa makan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Walaupun demikian LAT ini di beri pakan berupa pelet khusus juga bisa. Asalkan kandungan gizinya memadai dan bagus untuk lobster.
Contoh makanan berupa tumbuh-tumbuhan saya memberi pakan berupa tauge dan biji kacang hijau-ini untuk lobster dewasa-. Pertanyaannya bagaimana lobster ini bisa memakan pakan jenis ini?
Pertama untuk pakan berupa tauge harus di rendam air panas terlebih dahulu sampai taugenya bisa tenggelam, kalau tidak maka lobster tidak akan bisa makan tauge yang terapung karena sifat pergerakan lobster selalu berada di dasar air dan juga tidak bisa berenang, jadi lobster hanya makan makanan yang berada di dasar air.
Kedua untuk biji kacang hijau, karena sifatnya masih keras otomatis lobster tidak bisa memakan biji kacang hijau yang masih keras, oleh karena itu biji kacang hijau harus di rendam terlebih dahulu selama beberapa jam, biasanya dari pengalaman saya biji kacang hijau saya rendam di air selama kurang lebih 6-8 jam. Untuk biji kacang hijau kita tidak perlu lagi menggunakan air panas karena bisa tenggelam sendiri. Konon beritanya tauge dan biji kacang hijau ini bisa meningkatkan kesuburan lobster sehingga dapat menghasilkan telur yang lebih banyak. dalam hal ini saya tidak dapat membuktikannya karena hanya melalui berita dari para pembudidaya lobster saja. Benar atau tidak anda buktikan sendiri...
Berikutnya contoh makanan dari hewan bisa berupa artemia, cacing, ikan kecil dll. Khusus untuk lobster dewasa saya memberi pakan berupa cacing tanah. Karena cacing tanah mengandung protein yang sangat tinggi, menurut artikel-artikel yang saya baca cacing tanah memiliki protein hingga 65-70%. Dan lobster saya suka sekali dengan cacing tanah. Namun saya kesulitan mencari cacing tanah di daerah jakarta-jembatan dua dan sekitarnya, karena lahan kosong sudah sangat sempit. Sedangkan kalau harus membeli harus membeli dalam jumlah besar, padahal saya baru memelihara induk saja yang cuma 6 ekor. Kira-kira ada yang bisa memberitahu saya membeli cacing tanah yang dekat dengan daerah jembatan dua dan sekitarnya? asal harganya terjangkau. hehehehehe.....
Contoh untuk pakan berupa pelet anda bisa membelinya di toko-toko ikan dan aquarium, bahkan di carefour dan tom hardware juga menyediakan pelet untuk lobster ini. Biasanya yang dijual di pasar swalayan berupa pelet impor, untuk mencari pelet lokal anda harus ke toko aquarium atau toko ikan. Pelet lokal yang terkenal ada pelet buatan lobsterairtawar.com punya-nya pak cuncun setiawan. Luar biasa pengusaha lobster satu ini. Anda bisa bisa juga berkunjung ke websitenya di http://www.lobsterairtawar.com/
Makanan Favorit atau Kesukaan Lobster Air Tawar
  1. Pada dasarnya lobster yang saya pelihara menyukai makanan berupa hewan hidup, terutama cacing tanah. Pada saat di beri pakan cacing tanah, lobster langsung menyergapnya. sedangkan untuk tauge dan biji kacang hijau lobster akan pelan-pelan memakannya. sama halnya dengan pelet, lobster juga akan dengan santai untuk memakannya. hanya saja keterbatasan waktu dan tenaga sehingga pemberian pakan berupa cacing tanah agak kesulitan dalam memberikannya kepada lobster. untuk ikan kecil saya belum mencobanya karena saya tidak tahu ikan apa yang biasa diberikan kepada lobster. dari artikel yang saya baca ada yang memberikan udang mati dan ikan mati kepada lobster, namun untuk memberikan pakan yang demikian sangatlah mahal dalam skala rumahan, jadi saya belum pernah mencobanya.
  2. Dalam hal kebersihan pemberian pakan berupa cacing juga sangat menguntungkan karena pakan akan habis dimakan seberapa banyak yang kita berikan, asal saja kita harus memberikannya sesuai kebutuhan. sedangkan untuk pakan-pakan lainnya pasti akan menyisahkan makanan sisa dan cepat mengotori dasar wadah lobster -terutama yang menggunakan wadah plastik, aquarium dan bak semen yang tidak terlalu besar- sehingga kita harus sesering mungkin membersihkan wadahnya.
  3. Dalam hal kesehatan saya belum tahu akibatnya apabila diberikan pakan berupa cacing tanah secara terus menerus. Namun secara logika saja, lebih baik pemberian pakan secara selang-seling agar lobster tidak bosan.
  4. Jika ada yang mempunyai informasi makanan kesukaan lobster air tawar ini silahkan berbagi disini dengan memberikan komentar anda!!
  5. Salam LAT
1. Penerimaan Pakan Segar
Jenis pakan yang digunakan berupa pakan cumi dan cacing dengan frekuensi penerimaanpakan segar tersebut sebanyak 2 kali dalam seminggu. Kriteria pakan yang dapat diterima yaitu:
a) Pakan Cumi
-     Daging kenyal
-     Tidak bau busuk
-     Warna tubuh tidak kemerahan

b) Pakan Cacing
-     Dalam kondisi hidup
-     Tubuh tidak lembek
2. Penanganan Pakan Segar
Penanganan pakan segar ini berupa membuang bagian tubuh cumi yang tidak dapat diberikan kepada induk, memisahkan antara bagian kepala dan tubuh cumi kemudian mencucinya dengan menggunakan air laut yang akhirnya dapat disimpan dalam freezer. Sedangkan untuk cacing laut hidup penanganannya berupa memasukkan cacing laut tersebut kedalam steroform yang telah berisi air laut dan diberi aerasi secara kontinyu.
Tabel 1. Jadwal dan Dosis Pemberian Pakan
Jam
Jenis Pakan
Dosis
Keterangan
08.00
11.00
14.00
20.00
05.00
Cumi-cumi
Cumi-cumi
Cumi-cumi
Cacing
Cumi-cumi
3 %
3 %
4 %
13 %
3 %
Dicuci bersih
Dicuci bersih Dicuci bersih Dicuci bersih Dicuci bersih
Total
26 %
Dosis pemberian pakan untuk setiap harinya dihitung berdasarkan populasi dan berat rata-rata setiap induk (ABW) dalam setiap bak pemeliharan induk.
Rumus penghitungan dosis pakan untuk induk adalah sebagai berikut :
Rumus Pakan = Populasi x ABW x  % Dosis Pakan

Pakan terdiri dari dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan/adonan. Artemia salina
banyak digunakan sebagai pakan alami. Artemia salina yang digunakan yang masih dalam stadium
naupilus. Cara penetasan kista Artemia salina :
1. Kista direndam di dalam larutan klorin 1,55 ppm selama 30 menit
2. Kista yang mengendap dicuci dengan air tawar bersih
3. Ditiriskan
4. Kista dimasukkan ke air payau yang beraerasi
Pakan buatan terdiri atas susu tanpa lemak (12 gr), tepung terigu (50 gr), kuning telur (120
gr), udang (650 gr), vitamin (10 mL), dan air (100200mL). Pakan alami diberikan 3 kali.hari,
sedangkan pakan buatan diberikan 2x/hari. Pakan buatan tersebut dibuat dengan cara :
1. Semua bahan (kecuali udang) dihaluskan dengan blender
2. Udang dubuang bagian kepala dan kulitnya
3. Udang digiling
4. Udang disatukan dengan seluru adonan, lalu dihaluskan
5. Adonan dimasukkan ke dalam loyang, lalu dikukus
6. Direndam dengan air
7. Disaring (besarnya mata saring sesuai kebutuhan)
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan berupa butiran pelet (yang dapat tenggelam dalam air) dan  makanan alami berupa kacang-kacangan, umbi-umbian dan sayuran lainnya yang sebelumnya dimasak terlebih dahulu untuk memudahkan lobster mencernanya.

The Extreme Density Unit (EDU).

Extreme Density Unit (EDU) merupakan teknik budidaya yang kepadatannya dihitung dalam luas meter kubik,bila dirancang sedemikian rupa maka tingkat kepadatannya hingga 100 ekor/m3.
Dengan sistem EDU ini ada beberapa keuntungan, antara lain:
  1. Lobster air tawar yang dihasilkan lebih bersih.
  2. Tingkat kanibalisme dapat ditekan.
  3. Pembagian pakan yang merata sehingga diharapkan pertumbuhan juga merata.
  4. Tidak memerlukan lahan yang luas.
  5. Mengurangi waktu panen.
Selain itu EDU juga mempunyai kelemahan, antara lain :
  1. Pemberian pakan yang sulit jika tidak menggunakan sistem pemberian pakan secara otomatis.
  2. Biaya yang tinggi dalam pengadaan media budidaya.
Sistem EDU ini telah banyak dilakukan modifikasi ada yang menggunakan botol,talang hujan,drigen,mug (gelas plastik ukuran besar),mica dll.



Tahapan-tahapan munculnya udang berlumut biasanya adalah sebagai berikut :
  1. Kecerahan air tambak sangat tinggi bahkan sampai ke tingkat tembus dasar;
  2. Pembentukan plankthon susah dilakukan karena minimnya bibit plankthon di dalam perairan tambak;
  3. Penggunan pupuk dengan dosis yang relatif tinggi;
  4. Disebabkan oleh item 1 dan 2 di atas dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama, maka memacu pertumbuhan lumut di dasar tambak;
  5. Lumut secara bertahap mulai tumbuh pada tubuh udang

upaya mengantisipasi permasalahan tersebut di atas, maka perlakuan teknis budidaya yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
  1. Penggantian air tambak secara bertahap;
  2. Melakukan inokulasi bibit plankthon;
  3. Penggunaan pupuk sesuai dosis;
  4. Pada kondisi udang berlumut pada stadium parah dapat digunakan saponin dengan dosis normal untuk merangsang proses moulting pada udang (tidak direkomendasikan)

Hal lain yang perlu mendapat perhatian terkait sifat fototaksis negatif ini beberapa diantaranya adalah:
  1. Pada saat melakukan pengurangan volume air tambak dalam jumlah banyak yang dilakukan pada malam hari, sebaiknya dihindari perlakukan pemberian sinar lampu tambak yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan udang akan merasa stress yang dapat mengakibatkan molting massal pada udang.
  2. Pada saat bulan purnama (tidak dalam kondisi mendung) sebaiknya dihindari perlakukan-perlakuan teknis yang terlalu ekstrim, karena pada saat itu udang cenderung melakukan molting.
  3. Pada saat melakukan pemanenan udang yang dilakukan pada malam hari, sebaiknya dihindari pemberian sinar lampu pada saat air tambak masih tinggi. Seperti halnya pada penjelasan item no. 1 di atas, dikhawatirkan udang mengalami molting massal sehingga berpengaruh pada kondisi dan kualitas udang yang dipanen sekaligus berpengaruh pada pada harga jual udang.
Sifat fototaksis negative pada udang juga dapat dijadikan sebagai indicator kondisi udang pada saat tertentu. Pada udang normal, udang tersebut akan langsung bereaksi (menjauh) terhadap rangsang cahaya yang kita berikan. Sebaliknya pada udang yang terindikasi terkena suatu masalah (penyakit) bersikap lebih pasif terhadap rangsang cahaya yang diberikan, bahkan pada kondisi parah udang tidak bereaksi sama sekali meskipun sudah diberikan rangsang cahaya.
Beberapa parameter yang dapat digunakan dalam menentukan kondisi udang pada saat dilakukan antara lain :
  1. Saluran pencernaan/usus. Melalui pengamatan secara visual, saluran pencernaan /usus udang dapat mengindikasikan kondisi udang pada saat itu. Dalam kondisi normal saluran pencernaan udang berisi penuh dan tidak terputus-putus dan berwarna sesuai dengan pakan yang dikonsumsi pada saat itu. Jika saluran pencernaan udang tidak dalam kondisi normal, maka perlu dilakukan pengamatan terhadap sample udang lainnya dan jika sample lainnya juga dalam kondisi yang sama maka dapat dikatakan udang dalam populasi tersbut sudah mulai terkena masalah. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah jika saluran pencernaan/usus sebagian besar udang dalam populasi tersebut berwarna merah, kondisi ini dapat diartikan udang tersebut telah mengkonsumsi bangkai udang lainnya. Hal ini mengindikasikan telah terjadi “kematian massal” udang di dalam populasi tersebut yang disebabkan oleh suatu penyakit atau faktor lainnya.

Pengamatan terhadap saluran pencernaan/usus udang secara praktis dapat dilakukan secara langsung dan akan lebih jelas terlihat jika diterawang dengan bantuan sinar/cahaya matahari.
  • Hepatopanchreas. Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa organ tubuh ini identik dengan lambung udang dan merupakan pusat dari pencernaan udang yang terletak di bagian kepala dan pada kondisi normal berbentuk segitiga serta berwarna kecoklatan. Pada kasus-kasus tertentu kondisi hepatopanchreas ukurannya menyusut/mengecil dan berwarna pucat, putih, atau kebiruan. Kondisi tersebut mengindikasi udang telah terkena suatu masalah dan perlu diberika treatmen teknis budidaya sesuai dengan kondisi udang tersebut.
  • Kekenyalan tubuh udang.Pengamatan terhadap kekenyalan tubuh udang dapat dilakukan melalui cara menekan tubuh udang dengan menggunakan dua jari tangan. Pada kondisi normal tubuh udang akan terasa kenyal, sebaliknya pada kondisi bermasalah tubuh udang akan terasa keropos dan lembek.
    1. Warna kulit udang.Warna kulit udang erat kaitannya dengan kualitas air tambak pada saat itu. Kulit udang tersusun oleh chitin yaitu zat pembentuk kulit yang terdiri atas zat kapur dan protein. Chitin sangat peka terhadap perubahan lingkungan sekitarnya, sehingga pada saat udang melakukan moulting (pergantian kulit) warna kulit udang akan menyesuaikan dengan kualitas air tambak saat itu. Pada kondisi normal kulit udang akan kelihatan bersih dan mengkilat. Kondisi yang perlu diwaspadai adalah jika kulit udang berwarna kemerahan (indikasi penyakit insang merah), ada bercak putih (indikasi penyakit white spot), serta kulit udang berwarna biru (indikasi kekurangan oksigen, nutrien dan gizi pakan kurang). Kondisi lainnya yang perlu dicermati terkait dengan kualitas air adalah kulit udang berlumut yang disebabkan oleh kecerahan air yang relatif tinggi sehingga memungkinkan lumut untuk tumbuh di dasar tambak.
    2. Insang udang.Organ tubuh ini merupakan parameter yang perlu dicermati dalam pengamatan kondisi udang. Pada situasi normal, insang udang dalam kondisi bersih dan tidak ada kotoran yang menempel di dalamnya. Hal yang perlu di waspadai adalah jika insang udang sudah kotor (banyak kotoran menempel) dan berwarna kemerahan serta udang relatif pasif yang mengindikasikan telah terkena insang merah.
    3. Kelengkapan organ tubuh. Organ tubuh udang dalam kondisi normal relatif lengkap dan sempurna. Beberapa situsi yang perlu dicermati adalah jika dijumpai udang dalam kondisi ekor gripis, antena/sungut putus, kaki putus, kulit terkoyak dan organ lain yang telah hilang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya kanibalisme ataupun penyakit.
    FCR (Food Conversion Ratio




    Selanjutnya tolok ukur dan kriteria yang digunakan seperti tersebut di atas tersaji pada tabulasi di bawah ini.
    No.
    Appearance/ Activities of Shrimp Fry
    Quality of Shrimp Fry

    Fine
    Poor

    1.
    Warna Tubuh
    Coklat/gelap
    Putih kekuningan/pucat

    2.
    Mata
    Mengkilat
    Kusam

    3.
    Ekor
    Mengembang
    Kuncup

    4.
    Posisi diam
    Horisontal
    Vertikal

    5.
    Rangsang gerak
    Aktif
    Pasif

    6.
    Arah renang
    Menentang arus
    Terbawa arus

    7.
    Rangsang pakan
    Aktif
    Pasif

    8.
    Ukuran pada umur yang sama
    Seragam
    Bervariasi

    9.
    Anggota tubuh
    Lengkap
    Tidak lengkap/rusak

    10.
    Proporsi ukuran tubuh dengan umur udang
    Standar
    Tidak standar

    11.
    Kulit/khitin
    Tidak ada bercak
    Terdapat bercak

    12.
    Komunitas
    Menyebar
    Mengumpul


    Metode praktis yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apa yang dibutuhkan udang pada saat konvoi secara garis besar adalah dengan menebarkan pakan di beberapa tempat dinding petakan tambak. Kesimpulan yang dapat diambil dari penerapan metode ini adalah sebagai berikut :
    1. Udang tertarik terhadap rangsang pakan yang diberikan. Kondisi ini ditandai oleh aktivitas udang yang segera mendekati dinding petakan tambak untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan. Jika pakan tersebut telah habis udang biasanya akan mencari pakan di sekitarnya dan jika tidak ditemukan maka udang akan melakukan konvoi lagi. Metode ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh kepastian hasil yang sama. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa udang konvoi dalam petakan tambak tersebut terjadi karena membutuhkan pakan atau dengan kata lain udang kekurangan pakan. Keputusan yang segera diambil jika dijumpai fenomena seperti ini adalah meninjau kembali program pakan yang telah disusun terutama yang terkait dengan pakan harian sesuai dengan tingkat kebutuhan udang.
    2. Udang tidak tertarik terhadap rangsang pakan yang diberikan. Meskipun telah ditebarkan pakan, udang masih terus melakukan konvoi mengitari petakan dinding tambak. Berdasarkan kondisi ini maka dapat disimpulkan bahwa udang konvoi dalam petakan tambak tersebut terjadi karena adanya permasalahan yang terkait dengan kualitas perairan. Menghadapi hal semacam ini maka segera lakukan perbaikan kualita perairan tambak sesuai dengan tingkat kebutuhan udang (program pengelolaan kualitas air tambak telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya).
    . Hal yang mempengaruhi nafsu makan udang antara lain kondisi kualitas air, cuaca, kondisi dasar tambak yang kotor, suhu, kondisi pakan, periode moulting massal, penyakit, dan teknik pengoplosan pakan saat pergantian nomor pakan. c. Pemberian pakan Pemberian pakan ditebar di feeding area. Feeding area adalah bagian dasar tambak yang digunakan sebagai sasaran penebaran pakan dan dikondisikan selalu dalam keadaan bersih. Untuk keperluan itu dipasang kincir untuk mengumpulkan kotoran di dasar tambak agar tersentralisasi dan mudah dibersihkan/disipon

    BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN LOBSTER AIR TAWAR
    Kolam Tanah yang BesarJika Anda melakukan aklimatisasi di kolam yang besar kemudian merendam air garam dan pengaturan suhu kami merekomendasikan untuk kolam semen/tangki dan kolam tanah kecil adalah tidak perlu. Perhatian – Dalam memasukan lobster ke dalam kolam tanah yang besar – hati-hati dengan musim yang hangat yang menyebabkan temperatur air yang dangkal menjadi lebih hangat dari pada tempat yang lebih dalam dan kami menyarankan, lobster harus dimasukkan pada tempat yang terdalam dari kolam tersebut.
     Kepadatan tinggi pada kolam akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan. Kelebihan pakan pada kolam juga akan berdampak negatif pada kualitas air yang akhirnya akan mempengaruhi lobster dan hasil dari kolam secara keseluruhan. Sistem Kolam Kecil Bersemen dan TangkiJika anda melakukan aklimatisasi pada tong atau kolam berkapasitas kecil, dikarenakan volume air yang lebih kecil maka air menjadi lebih hangat, kami menyarankan prosedure berikut untuk mengatur temperatur air. Ini untuk menghindari lobster dari lonjakan suhu yang berasal dari kotak yang sejuk dan ke air yang 10o C lebih hangat.
    Beberapa variasi metode pengaturan temperatur yang tersedia – kami menyarankan anda melakukan dengan fasilitas yang anda miliki dengan perinsip sebagai berikut:
    • Temperatur air.
    Pada saat tiba uji temperature lobster yang berada didalam kotak dengan benar, kemudian pastikan air yang akan digunakan berada pada suhu yang sama. Satu setengah atau dua derajat berbeda dengan temperatur yang ada didalam box. Gunakan pendingin atau es balok untuk mendinginkan air hingga termperatur antara satu setengah hingga dua derajat dari temperatur lobster tersebut dan dengan perlahan menaikan suhu air sehingga suhu dari lobster tersebut dapat naik sesuai dengan lingkungan dalam beberapa waktu.
    • Ada beberapa metode temperatur air tergantung dengan fasilitas yang ada – ada yang berhasil dengan baik dengan menahan suhu air dalam waktu yang lama dan kemudian menaikannya dalam beberapa hari. Ada yang dengan pengaturan temperatur yang akurat selama 24 jam pada suhu sejuk dan kemudian menaikan dua derajat pada hari-hari berikutnya. Metode yang akan diterapkan itu sangat tergantung dari fasilitas yang anda miliki.
    • Kami menyarankan anda melakukan perendaman air garam terhadap lobster pada saat tiba, sediakan fasilitas anda untuk dapat mengulanginya. Ini tidak diwajibkan tetapi bila anda memilih untuk melakukannya akan membantu mengurangi bakteri yang terdapat pada masa perjalanan. Tambahan keasinan hingga 5 bagian perseribu. Dengan melalarutkan 5 kilo garam ke dalam 1000liter air. Rendam mereka selama 3 jam. Perlu diingat aerasi yang kuat selama perendaman dan DO (oksigen terlarut) harus tinggi. Perendaman air garam adalah sangat stress bagi lobster tapi telah tercatat bahwa dengan 5ppt dapat diatasi dengan memberikan oksigen yang berlimpah serta variable air pada batas yang cocok.
     Jika jangkauan anda terlalu jauh dari bandara atau lobster anda berasal maka akan lebih baik untuk tidak melewati ini dan secepatnya memasukannya kedalam air sebisa mungkin.Variable Air yang Penting Lainnya:
    • pH harus berada antara 6.5-9, sebaiknya 7-8
    • Oksigen diatas 6 ppm(mg/L), lebih tinggi lebih baik
    • Alkali dan kesadahan di atas 50mg/L, tetapi dibawah 400mg/l
    • Amoniak dan nitrit harus <1>
    • Kepadatan tebar –umumnya kepadatan lobster adalah 10kg lobster per 1000 liter air. Mengunakan jaring dalam kolam anda akan memberikan tambahan ruang dan memberikan mereka setiap ruang dari air tersebut. Kolam yang terlalu pada akan menyebabkan pertumbuhan yang lambat terlepas dari kualitas dari genetesis dan kualitas air yang bagus.
    • Terang – Lobster yang Anda beli berasal dari kolam tanah – tempatkan mereka pada tempat yang gelap untuk waktu yang cukup lama sembari membiarkan mereka menempatkan mereka pada tempat baru.
    • Pemberian pakan seketika sebisa mungkin berilah mereka makan setelah perendaman air garam atau menempatkan mereka pada tempat baru. Ini penting karena lobster tersebut tidak makan sejak sehari sebelum mereka di panen dan mereka akan sangat lapar dan perlu memberikan makanan yang bernutrisi tinggi. Dan harus diingat jangan membiarkan pakan yang tidak termakan mengurai didalam kolam karena ini akan menurunkan DO dan mempengaruhi kualitas air.
    • Waktu – Merupakan suatu keharusan untuk mengembalikan lobster ke air secepat mungkin. Jika tempat anda tidak memungkinkan untuk menempatkan semuanya ke dalam kolam saat tiba maka anda harus melakukan 1 dari 2 hal, yaitu:1. Pesan dengan jumlah yang lebih sedikit, atau, 2. Menambah tempat yang dapat mengakomodasi semua lobster tersebut. Sebaiknya perendaman air garam dilewatkan dan pengaturan temperature dan menempatkan mereka ke dalam air kemudian menghabiskan waktu untuk mengaklimasi setengah dari pengiriman dan membiarkan sisanya dalam bok yang akan secepatnya menaikan temperatur.
    • Realistis – Lobster Anda telah melalui panen, pembersihan, pendinginan, pengemasan dan transportasi yang telah berada diluar air lebih dari 24 jam. Mereka akan berada pada lokasi yang sama, air yang berbeda, pakan yang berbeda – semua perubahan ini membuat lobster tersebut stress. Intinya anda harus memberika lingkungan yang sebaik mungkin untuk lobster tersebut untuk dapat menyesuaikan diri dan terbebas dari stress karena perjalanan.
    • Stress dan Aklimatisas. Jika pemindahan dilakukan dengan baik stress akibat pengiriman harus segera dihilangkan jika penyebab dari stress hilang maka aklimatisasi akan berjalan cepat.Bagaimanapun jika ekor melepuh yang terus terjadi (tanda stress yang terlihat – bukan penyakit) 3 hari setelah tiba maka kualitas air harus diperiksa karena penyebab stress baru akan muncul dan menyebabkan ekor melepuh. Batas amoniak dan nitrit, oksigen terlarut, pH, terlalu padat dan sebagainya – ini semua harus diperhatikan sampai anda menempukan dan menghilangkan sumber dari stress.
    • Kesimpulan. Terdapat banyak variasi dari aklimatisasi – secara umum kunci utamanya adalah secepat mungkin mengembalikan mereka ke dalam air dan lakukan terbaik untuk menyediakan lingkungan yang semirip mungkin dengan lingkungan aslinya tergantung fasilitas yang ada miliki.
    Efektifitas Penggunaan Ekstrak Rumput Teki (Cyperus r.) sebagai Stimulasi Molting dari Pematangan Gonad Lobster Air Tawar (Cheraxquadricarinatus)

     
    PENYAKIT
    Untuk penyakit yang biasanya menyerang benih lobster adalah parasit yang hidup di kepala dan badan lobster. Parasit tersebut berwarna putih susu dan bisa berkembang biak di dalam tubuh dan kepala lobster. Ciri lobster yang terkena parasit adalah nafsu makannya berkurang dan tidak lincah sehingga bisa mengakibatkan kematian.

    Cara Untuk mengatasinya, Fahdiansyah biasanya merendam benih lobster yang terkena penyakit pada air garam dengan kadar garam 30 ppt. Caranya rendam benih lobster dalam air tersebut selama 10-14 hari dan setiap 3-4 hari sekali ganti air dengan air garam yang baru. Saat direndam, biasanya benih lobster akan melompat-lompat dan pada saat melompat itulah telur parasit akan mati.

    Budidaya udang lobster merupakan segment usaha yang sangat diminati oleh para petani pembudidaya, disamping memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi juga masih terbuka lebar peluang untuk pemasaran komoditas ini. Minimnya informasi teknologi khususnya pada kelompok petani tradisional tentang pendederan lobster dan besarnya prosentase mortalitas yang diakibatkan oleh kanibalisme pada pendederan Khususnya benih ukuran 1cm – 5 cm menjadikan para petani pembudidaya beralih untuk menangkap lobster yang berukuran konsumsi. Untuk mengatasi hal tersebut balai budidaya laut lombok berupaya untuk mencari solusi dalam mengatasi kanibalisme pada saat benih baru diangkat dari alam. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mencari solusi dalam mengatasi kanibalisme pada pendederan udang lobster ukuran 1-5cm, dan untuk mendapatkan benih lobster (5 cm up) siap tebar di keramba jaring apung dengan jumlah yang memadai. Benih yang didederkan adalah benih yang didapat atau berasal dari alam, sehingga diperlukan seleksi yang ekstra untuk memastikan bahwa benih yang akan di dederkan memenuhi standart kelayakan untuk dibudidayakan, tidak cacat dan terindikasi terserang suatu penyakit, Ukuran benih yang kita tebar panjang 1-2 cm dengan berat rata-rata 0,5 -1 gram. Sistim batrey merupakan sistim skat berantai dengan sirkulasi air. Parameter yang digunakan acuhan adalah Tingkat kelangsungn hidup yang mencapai 95% (SR) dan pertumbuhan, keuntungan dari sistim ini bisa menekan kanibalisme dan dapat dijadikan acuan untuk penelitihan lobster, menyangkut komposisi nutrisi dan lain-lain. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup losbter. Kematian sering terjadi karena penanganan pada saat penyiponan.

    No comments:

    Post a Comment